Jakarta (MI) : Sebab musabab terbakarnya pesawat F-16 milik
TNI AU masih diinvestigasi. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
mengungkapkan akan berpikir ulang tentang kebijakan menerima hibah
alutsista.
"Sampai sekarang masih diinvestigasi, tunggu saja," kata Menhan di sela-sela Forum Akuntabilitas Nasional Bidang Pertahanan di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (28/4/2015).
Terkait insiden tersebut, Menhan menjelaskan pemerintah akan berpikir ulang soal program hibah pesawat F-16 dari Amerika. Pemerintah memperoleh hibah 24 pesawat F-16 dari Amerika. Meski namanya hibah, Indonesia tetap harus mengeluarkan kocek sebesar 800 juta dollar untuk biaya mendatangkan pesawat dan biaya upgrade.
"Kami akan berpikir ulang soal kebijakan itu (menerimah hibah). Sebetulnya pesawat itu tidak bekas betul sih. Bekas mereka (AS) lebih baru dari bekas kita yang ada, tapi ke depan kita akan berpikir ulang," ungkapnya.
Namun, mantan KSAD ini menilai apabila mendapat hibah alutsista dari negara lain pemerintah Indonesia tetap akan menerima. "Kalau dihibah ya namanya dikasih ya diterimalah, ngasih dengan tulus ya kami terima dengan tulus juga dong," imbuhnya.
Rayamizard menilai TNI membutuhkan alutsista tergantung ancaman yang saat ini terjadi di Indonesia. Dalam waktu singkat ini, Indonesia tengah membutuhkan alutsista untuk menghadapi terorisme, bencana alam, serta pelanggaran wilayah.
"Ancaman kita kan tidak perang besar, perang konvensional tidak. Karena kita bukan negara agresor, kita di tengah-tengah Asean yang sudah sepakat kalau ada perselisihan tidak boleh menggunakan kekerasan atau persenjataan atau selesaikan dengan cara damai dan dialog," tutupnya.
"Sampai sekarang masih diinvestigasi, tunggu saja," kata Menhan di sela-sela Forum Akuntabilitas Nasional Bidang Pertahanan di Balai Samudera, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Selasa (28/4/2015).
Terkait insiden tersebut, Menhan menjelaskan pemerintah akan berpikir ulang soal program hibah pesawat F-16 dari Amerika. Pemerintah memperoleh hibah 24 pesawat F-16 dari Amerika. Meski namanya hibah, Indonesia tetap harus mengeluarkan kocek sebesar 800 juta dollar untuk biaya mendatangkan pesawat dan biaya upgrade.
"Kami akan berpikir ulang soal kebijakan itu (menerimah hibah). Sebetulnya pesawat itu tidak bekas betul sih. Bekas mereka (AS) lebih baru dari bekas kita yang ada, tapi ke depan kita akan berpikir ulang," ungkapnya.
Namun, mantan KSAD ini menilai apabila mendapat hibah alutsista dari negara lain pemerintah Indonesia tetap akan menerima. "Kalau dihibah ya namanya dikasih ya diterimalah, ngasih dengan tulus ya kami terima dengan tulus juga dong," imbuhnya.
Rayamizard menilai TNI membutuhkan alutsista tergantung ancaman yang saat ini terjadi di Indonesia. Dalam waktu singkat ini, Indonesia tengah membutuhkan alutsista untuk menghadapi terorisme, bencana alam, serta pelanggaran wilayah.
"Ancaman kita kan tidak perang besar, perang konvensional tidak. Karena kita bukan negara agresor, kita di tengah-tengah Asean yang sudah sepakat kalau ada perselisihan tidak boleh menggunakan kekerasan atau persenjataan atau selesaikan dengan cara damai dan dialog," tutupnya.
Sumber : Detik
menhan hanya memikirkan jsngka pandek dan kepentingan asing ...perang itu tidak bisa di prediksi kapan datang nya besok lusa ga ada yg tahu ...cuma ancaman yta sudah ke liatan banyak pulau nkri di caplok asing jakarta pura 2 mirip lembu ga tahu ....liat perbatasan tim tim ...kali mantan penguasa di pusat harus punya yali dan tanggung jawap dan bukan sebaliknya jadi banci asal anak cucu kenyang masa bodoh dengan ke utuhan negara ...menhan baru besutan barat bagus di usir ajaa supaya indonesia kuat di segala matra .
ReplyDeleteIntelejen hrs dikuati, tetapi pemimpinnya hrs yg punya visi kedepan dan jangan diberikan orang2 partai memimpinnya dpt digunakan utk kepentingannya.
ReplyDelete