Saturday, July 12, 2014

“ Serda ( K ) Anik “ Perempuan Penakluk Langit

kowad

Jakarta (MI) : Senyumnya malu-malu, dan tak terbersit kesan sombong sedikit pun, pada wajah gadis berambut pendek ini. Padahal, dialah perempuan ”penakluk langit” Beijing! Ya, Serda Anik namanya, peraih Juara III Terjun Perorangan JISM di Cina 2013.

Biar ”Ndredeg”, Asalkan Jangan Ngeeyel
Sederet prestasi sudah didapat, padahal ia “baru” 457 kali terjun. Antara lain, sebagai Juara III Terjun Tim Militer dan Juara III Tim Sipil pada Kejuaraan JISM 2012 di Halim Perdanakusumah. Uniknya, ia mengaku,”Masih tetap ndredeg setiap kali mau melompat.” Ndredeg adalah istilah dari Bahasa Jawa yang melukiskan perasaan deg-degan atau jantung berdegup.

Bagi perempuan berusia awal 20-an ini, terjun payung free fall yang dilakoninya, memberikan pengalaman tak ternilai. Katanya,”Saya bersyukur bisa menikmati indahnya alam Indonesia, dari langit.” Meski ia mengakui bahwa pada masa awal terjun, ia pernah mendarat di seberang sungai, sawah, bahkan pada lahan kosong di sebuah perkampungan penduduk. Hasilnya? “Jahitan di dagu saya,” ujar peterjun yang mendapat pendidikan terjun di Batujajar ini.

Menjadi pemenang dalam kejuaraan terjun militer pada ajang JISM di Cina, juga sangat berkesan baginya. Selama dua pekan di Qiong Ng Lai, Cina, memberinya pengalaman tak terlupakan. Terjun di negara saat cuaca berselimut hawa dingin, jelas merupakan tantangan tersendiri baginya. Bedanya dengan terjun di Indonesia? ”Di Indonesia hawanya panas. Jadi, saat terjun, kita bisa melihat fatamorgana saat memandang ke bawah,” katanya.

Pada saat pertama latihan di Cina sebelum kejuaraan, ia sempat ,mendarat di tribun atap penonton. ”Sempat disoraki ‘super hero’ oleh peserta lain. Tapi hal itu justru memacu saya untuk lebih fokus,” jelas peterjun yang sangat berterima kasih pada seluruh pelatihnya dan Mayjen TNI Wisnu Bawa Tenaya yang telah ”menemukan” bakat Serda Anik.

Jangan Bawa Amarah ke Angkasa

Sebagai salah satu atlet terjun kebanggaan Kopassus, Serda Anik memiliki filosofi ,”Patuh pada pelatih, dan jangan pernah emosi.” Ya, baginya, terjun payung merupakan saatnya manusia melawan diri sendiri. Manusia tampak sangat kecil dan tak layak sombong, saat melayang-layang di udara. Maka sebelum naik ke pesawat untuk terjun, Serda Anik selalu menyempatkan diri meminta maaf pada rekan mau pun keluarga. ‘Tak boleh terjun sambil marah atau emosi, karena akan membuat kita tidak fokus, sehingga tak mampu mendarat pada titik yang ditentukan,” jelas perempuan yang selalu mendapat posisi sebagai peterjun terakhir dalam terjun beregu.

Selain patuh pada pelatih, ia juga berpesan agar setiap peterjun harus melawan rasa kantuk yang kerap menyergap, saat pesawat yang ditumpangi mencapai ketinggian tertentu. Berada pada ketinggian, oksigen semakin sedikit, sehingga manusia menjadi mudah mengantuk. Bagaimana jika lapar? ”Saat mau terjun, harus sudah makan beberapa jam sebelumnya. Sebab setelah mendarat, lapar baru terasa,” jelasnya sambil tertawa.








Sumber : Kopassus

No comments:

Post a Comment