Sunday, November 10, 2013

Diplomasi Layar Lebar ala TNI


Timor Tengah (MI) : Sembari menggendong anak lelakinya yang berusia 8 bulan, Dominggos Bota (32) tertawa terbahak-bahak saat menyaksikan Benyamin Sueb jatuh ke parit akibat didorong Ida Royani. Muka Benyamin yang basah bercampur lumpur semakin membuat tubuh Bota terguncang karena tertawa.

Minggu (27/10) malam itu, Bota tengah menikmati akting Benyamin Sueb dan Ida Royani dalam film Ratu Amplop di halaman Pos Nelu Satuan Tugas Pengamanan Perbatasan (Satgas Pamtas) RI-Timor Leste dari Batalyon Infanteri (Yonif) 743/Pradnya Samapta Yudha (PSY) di Desa Sunsea, Kecamatan Naibenu, Kabupaten Timor Tengah Utara, NTT. Film yang terbit perdana pada 1974 itu diputar oleh personel TNI.

Bota tak sendiri. Ia ditemani puluhan warga tua, muda, dan anak-anak dari Desa Sunsea. Sejak pukul 19.00 Wita, warga mulai berdatangan. Hampir semua berselimut sarung untuk menahan udara dingin di Pos Nelu yang terletak di ketinggian 975 meter di atas permukaan laut. Setelah duduk di tikar yang mereka bawa, tatapan mata mereka tak berpindah dari layar putih berukuran 1,5 meter x 1,5 meter yang menayangkan film.

Mereka menikmati film itu. Sesaat sunyi, tak lama kemudian pecah tertawa penonton menyaksikan tingkah lucu Benyamin di film.

”Tontonan ini adalah satu-satunya hiburan bagi warga Sunsea. Tak ada televisi di kampung kami, listrik saja belum masuk. Kami senang bapak-bapak TNI memberi hiburan seperti ini,” kata Bota.

Setiap malam, personel TNI yang bertugas di Pos Nelu memutar film untuk warga setempat. Pos Nelu adalah salah satu dari 38 pos jaga milik TNI di perbatasan RI-Timor Leste.

Kedatangan personel Satgas Pamtas RI-Timor Leste dari Yonif 743/PSY di Desa Sunsea sejak pertengahan September lalu menjadi berkah tersendiri bagi warga. Saat mereka haus hiburan, personel Satgas menyediakannya lewat pemutaran film menggunakan proyektor yang disorotkan ke layar kain putih.

”Lewat pemutaran film ini, setidaknya kepenatan warga bisa berkurang. Apalagi, tak ada televisi di sini karena listrik belum mengalir,” ujar Wakil Komandan Satgas Pamtas Yonif 743/PSY Kapten (Inf) Abdul Samad.

Samad mengatakan, pemutaran film yang ditujukan untuk menghibur warga ini bisa melupakan ketegangan yang tengah terjadi di kawasan itu. Pada Oktober, warga negara Indonesia di perbatasan yang termasuk dalam wilayah jaga Pos Nelu bersitegang dengan warga Timor Leste mengenai tapal batas. Oleh sebagian warga dari Timor Leste, kawasan yang belum ditetapkan tapal batasnya itu didirikan bangunan yang lantas diprotes warga Indonesia.

”Suguhan hiburan pemutaran film ini untuk memecah fokus warga agar tidak berada dalam suasana tegang terkait konflik di perbatasan,” ujar Samad.

Komandan Pos Nelu Sersan Satu Didi Sofiandi mengatakan, film yang diputar tak melulu bertema humor, bahkan tak jarang pula ditayangkan film action, baik produksi dalam negeri maupun luar negeri. Film-film itu didapat dari koleksi prajurit yang membawa laptop.

”Selain untuk menghibur warga, lewat pemutaran film ini diharapkan bisa terjalin hubungan baik antara warga dan TNI yang bertugas. Kami juga kerap mengadakan kerja bakti bersama, berolahraga bersama, atau mengadakan pengobatan massal,” ujar Didi.

Menurut Ketua Lembaga Peduli Masyarakat Timor Indonesia Mariano Parada, masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di perbatasan RI-Timor Leste, butuh perhatian penuh pemerintah. 





Sumber : KOMPAS

No comments:

Post a Comment