Subang (MI) : Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro memetakan cara sebuah
Negara membangung industri pertahanannya. Menurutnya, terdapat empat
tipe sebuah negara membangun industri pertahanannnya di dunia ini. Hal
tersebut diungkapkan Purnomo dalam keynote speech Forum Komunikasi Litbang Pertahanan ke-25 yang dihelat di Kampus Dahana Subang (11/09).
Pertama, industri maju. Negara-negara yang masuk dalam kategori ini
memiliki sejarah panjang dalam konflik dan peperangan, seperti masa
revolusi, Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Negara yang masuk kategori
ini diantaranya negara-negara Eropa Barat dan Amerika.
Kedua, negara yang membangun sistem pertahanannya dengan membeli.
Mereka tidak mengembangkan industri pertahanan dalam negerinya,
melainkan membeli dari negara lain dengan kekuatan finansial mereka yang
sangat kuat. Negara-negara yang masuk dalam kategori ini kebanyakan
dari Timur Tengah, terutama Negara Teluk.
Ketiga, negara yang terpaksa membangun industri pertahanannya
memiliki musuh. Negara yang masuk dalam kategori ini seperti India,
Israel, dan Turki.
Keempat, Negara-negara yang industri pertahanannya maju tetapi mereka
tidak memiliki musuh. Mereka banyak mengirimkan tentaranya untuk misi
perdamaian dunia.
Lalu bagaimana dengan Indonesia? Pertanyaan retorik itu dijawab
sendiri oleh Purnomo. Menurutnya, Pemerintah melalui Komite Kebijakan
Industri Pertahanan (KKIP) memiliki dua agenda besar untuk industri
pertahanan. Pemerintah mendukung industri pertahanan dalam negeri untuk
mendukung kemandirian pertahanan.
“Indonesia tidak memiliki musuh, dan mendorong untuk aktif dalam misi
perdamaian dunia,” tegas Purnomo. Arah kebijakan ini jelas terbaca
dengan masuknya Indonesia ke dalam sepuluh besar negara dunia yang
menyumbang pasukan perdamaian.
Kemudian, kemandirian industri pertahanan dalam negeri ini tidak
hanya mendukung di bidang pertahanan, tapi juga mendukung perekonomian
nasional dengan melakukan ekspor ke Negara lain.
“Kapal kita sudah dipakai di Timor Leste, Anoa (panser) dipakai dalam
misi perdamaian oleh Malaysia, hasil kerjasama dengan Airbus juga sudah
dipasarkan ke Myanmar,” lanjut Purnomo.
Dalam kontek regional ASEAN, Indonesia masih menjadi empat besar
untuk budget pertahanan bersama Singapura, Malaysia dan Thailand. Untuk
budget pertahanan di Negara-negara ASEAN sendiri tidak lebih dari 10
milyar dolar pertahun dengan tertinggi Singapura dengan 9 milyar diikuti
oleh Indonesia diposisi kedua. Nilai tersebut masih teramat jauh jika
dibandingkan dengan Amerika Serikat dengan budget 600 milyar dolar
pertahun dan Tiongkok diangka 125 milyar dolar pertahun.
Namun demikian, perbedaan budget masing-masing Negara ASEAN ini tidak
serta merta menyebabkan terjadinya perlombaan senjata di ASEAN.
“Kami sepakat, untuk konflik yang terjadi diantara sesame negara ASEAN akan diselesaikan dengan duduk bersama,” tegas Purnomo.
Menurut Purnomo, ASEAN sendiri tidak berkeinginan untuk membentuk
sebuah pakta pertahanan. “Kami telah memiliki forum ADIC (Asean Defense
Industry Cooperation),” pungkasnya.
Sumber : BUMN
indonesia tak punya musuh krn pak pur orangnya humanis dan welcome serta pandai merangkul semua kalangan...musuhnya itu ya cm oknum di senayan yg menghambat kebijakan strategis pertahanan...
ReplyDelete