SLEMAN (MI) : Menteri Pertahanan,
Purnomo Yusgiantoro memberikan ceramah di hadapan taruna dan taruni
Akademi Angkatan Udara (AAU) Jogja, di Gedung Sabang Merauke (GSM),
Kamis (18/9/2014). Dalam kesempatan itu Menhan membekali dan
mengingatkan taruna untuk bersiap dengan perang dunia maya.
“Sekarang sudah ada angkatan udara, darat dan laut, selanjutnya akan
ada angkatan cyber. Itu yang akan kita bangun di Indonesia. Karena ada
juga serangan cyber dari luar, itu yang harus kita pahami. Sistem
kelembagaan [matra cyber] baru dibangun, nanti kalau kalian sudah
selesai bisa bergabung. Kita juga memiliki Universitas Pertahanan,
saudara [taruna] jika sudah lulus bisa mengambil S2 di sana,” terang
Menhan di hadapan taruna AAU.
Menhan mengingatkan soal cyber war, karena diharapkan taruna AAU yang
merupakan putra terbaik bangsa dapat ikut andil ke depannya. Mengingat
perang dunia yang terjadi saat ini tidak hanya fisik saja tapi mulai
didominasi non fisik atau lebih dikenal cyber war.
Perang ini memang tidak menghancurkan fisik suatu negara tapi dapat
melumpuhkan seluruh sistem dalam suatu negara. Berdasarkan pantauan
Cyber Operation Center (COC) Kemhan hampir tiap hari Indonesia
mendapatkan serangan cyber yang berpotensi mengancam kedaulatan NKRI.
Sebagai bentuk persiapan pertahanan, Indonesia sudah memiliki
Universitas Pertahanan dan Pusat Instalasi Strategis Nasional. Tetapi
karena serangan cyber yang membahayakan, maka, lanjutnya, Indonesia
harus memiliki matra perang yang baru yakni cyber yang di dalamnya nanti
gabungan TNI dan para ahli.
Matra cyber ini nantinya tidak hanya sistem informasi dan data saja.
Tapi lebih dari sistem komunikasi (Siskom) yang menyangkut keberadaan
dan kepemilikan satelit. Dengan adanya siskom maka pertahanan sulit
diterobos dari luar.
Berbeda dengan fakta saat ini, bahwa siskom data di Indonesia memang kuat tapi tidak memiliki sistem satelit. Sehingga bisa saja orang atau negara lain masuk dan mengambil data rahasia. Dengan adanya matra cyber diharapkan dapat memproteksi unsur rahasia milik negara.
“Sekarang sudah ada COC, tiap angkatan itu memiliki CERT atau
Computer Emergency Response Team. Kalau ada serangan cyber, CERT ini
langsung bergerak. Jadi CERT tiap angkatan ini akan dihubungkan dalam
sistem intranet,” ujar profesor ITB ini.
Dengan memiliki angkatan perang cyber, Indonesia tidak hanya sebatas
mampu bertahan dari cyber war. Tapi harus punya kemampuan menyerang,
menganalisa dan melakukan operasi intelijen.
Sumber : Harianjogja
No comments:
Post a Comment