Jakarta (MI) : PT Dahana,
perusahaan Badan Usaha Millik Negara (BUMN) yang bergerak di industri
bahan peledak menargetkan pembangunan pabrik propellant, bahan pelontar senjata Munisi Kaliber Kecil (MKK), tahap satu di kawasan Energetic Material Center (EMC) Subang selesai pada 2017.
Pembangunan pabrik yang menelan investasi sebesar Rp 2,6 triliun tersebut diawali dengan pendirian fasilitas booster dan pembuat asam nitrat pekat (NAC/SAC) tahun 2012 lalu.
Saat ini, pembangunan pabrik itu sudah masuk tahap persiapan peletakan batu pertama (ground breaking) yang ditargetkan Oktober 2014.
"Pembangunan pabrik propellant tahap satu ditargetkan
selesai dalam waktu 36 bulan, atau pada tahun 2017 ," kata Direktur
Utama PT Dahana Harry Sampurno kepada Beritasatu.com, Minggu (14/9).
Awalnya, pendanaan pembangunan pabrik tersebut direncanakan
menggunakan aggaran Kementerian Pertahanan. Namun, ke depan perseroan
akan menggunakan opsi pendanaan investasi mitra.
Dahana akan menggandeng produsen bahan energetik asal Perancis, Eurenco dalam bentuk kerjasama joint venture dengan kepemilikan asing maksimal 49 persen.
Selain itu, perseroan juga akan menggandeng Roxel, produsen motor roket asal Perancis dalam pembangunan pabrik propellant untuk komposit roket.
Selama ini, kebutuhan bahan baku persenjataan Indonesia seluruhnya
diimpor dari Belgia. Dengan adanya pabrik ini, diharapkan lima tahun ke
depan kemandirian industri pertahanan Indonesia dapat meningkat.
"Untuk setiap Rp 1 triliun investasi di industri propellant diperkirakan akan mampu mendorong pertumbuhan output
dari sektor hilirnya sebesar Rp 40 miliar, bukan tidak mungkin selain
untuk kebutuhan dalam negeri (PT Pindad), kita juga bisa ekspor ke
luar," ujarnya.
Kapasitas produksi nitrogliserin di pabrik itu nantinya ditargetkan 200 ton per tahun, spherical powder sebanyak 400 ton per tahun, dan propellant double base roket sebanyak 80 ton per tahun.
Propellant merupakan bahan pendorong peluru dan roket yang terususun atas fuel,
oksidator dan adiktif. Bahan tersebut menjadi komponen utama amunisi
kebutuhan persenjataan ringan, alutsista (meriam, kanon, roket) untuk
kepentingan sipil dan industri.
Siap Bangun Pabrik Propellant di Subang
Mendorong percepatan pembangunan industri propellant untuk pemenuhan
kebutuhan alutsista menjadi hal penting saat ini. Kehadiran pabrik
propellant yang akan dibangun di Kawasan Energetic Material Center (EMC)
milik PT DAHANA (Persero) ini akan memberikan dukungan signifikan
terhadap kemandirian industri pertahanan Indonesia.
Topik hangat tersebut menjadi menu utama acara Forum Komunikasi Litbang Pertahanan ke-25 yang dihelat di Kampus Dahana Subang, 11 September 2014. Acara yang berlokasi di Auditorium Kampus Dahana ini dihadiri Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan anggota Forkom Litbang yang terdiri dari Kementerian Pertahanan, TNI, perguruan tinggi, pejabat daerah setempat, Industri, dan lembaga litbang kementerian.
Sebagaimana diketahui, sejak peletakan batu pertama oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro pada 4 Desember 2010 lalu, pembangunan EMC rampung pada pertengahan 2012. Di lokasi seluas hampir 600 hektar ini diisi fasilitas perkantoran, gudang, laboratorium, dan pabrik, termasuk lokasi pabrik propellant yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.
Propellant merupakan bahan pendorong roket/peluru yang tersusun atas fuel, oksidator dan aditif. Propelan base adalah bahan bakar dengan fuel dan oksidator yang sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, misalkan Nitrocellulose atau Nitroglycerine atau Nitroguanidin. Propelan menjadi komponen utama MUNISI bagi kebutuhan persenjataan ringan, alutsista seperti meriam, kanon dan roket maupun untuk kepentingan sipil dan industri. Kebutuhan propelan dalam negeri sampai saat ini masih sepenuhnya diperoleh dari impor, sehingga sangat rawan terhadap embargo dan kemandirian kemampuan pertahanan NKRI.
Menurut Direktur Utama PT DAHANA (Persero) F. Harry Sampurno, pembangunan Pabrik Propellant ini memiliki nilai yang sangat strategis.
“Hal ini (pembangunan Pabrik Propellant) akan mendorong kemandirian ketahanan dan pertahanan nasional serta penegakan kedaulatan negara, dikarenakan propellant merupakan komponen utama untuk munisi bagi kebutuhan operasi TNI dan POLRI,” ujarnya.
Masih menurut Harry, kehadiran Pabrik Propellant ini banyak membawa manfaat. Beberapa diantaranya mengoptimalkan potensi industri dalam negeri serta penguatan struktur industri, mengembangan sumber daya manusia dengan keahlian di bidang propellant, dan alih teknologi dengan penguasaan dan pengembangan sendiri serta diversifikasi produk.
Ketika disinggung perkembangan pembangunan saat ini, Harry menjawab diplomatis bahwa banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan ini sehingga memerlukan waktu untuk memulai pembangunan.
Topik hangat tersebut menjadi menu utama acara Forum Komunikasi Litbang Pertahanan ke-25 yang dihelat di Kampus Dahana Subang, 11 September 2014. Acara yang berlokasi di Auditorium Kampus Dahana ini dihadiri Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro dan anggota Forkom Litbang yang terdiri dari Kementerian Pertahanan, TNI, perguruan tinggi, pejabat daerah setempat, Industri, dan lembaga litbang kementerian.
Sebagaimana diketahui, sejak peletakan batu pertama oleh Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro pada 4 Desember 2010 lalu, pembangunan EMC rampung pada pertengahan 2012. Di lokasi seluas hampir 600 hektar ini diisi fasilitas perkantoran, gudang, laboratorium, dan pabrik, termasuk lokasi pabrik propellant yang sudah disiapkan jauh-jauh hari.
Propellant merupakan bahan pendorong roket/peluru yang tersusun atas fuel, oksidator dan aditif. Propelan base adalah bahan bakar dengan fuel dan oksidator yang sudah terpadu dalam satu senyawa kimia, misalkan Nitrocellulose atau Nitroglycerine atau Nitroguanidin. Propelan menjadi komponen utama MUNISI bagi kebutuhan persenjataan ringan, alutsista seperti meriam, kanon dan roket maupun untuk kepentingan sipil dan industri. Kebutuhan propelan dalam negeri sampai saat ini masih sepenuhnya diperoleh dari impor, sehingga sangat rawan terhadap embargo dan kemandirian kemampuan pertahanan NKRI.
Menurut Direktur Utama PT DAHANA (Persero) F. Harry Sampurno, pembangunan Pabrik Propellant ini memiliki nilai yang sangat strategis.
“Hal ini (pembangunan Pabrik Propellant) akan mendorong kemandirian ketahanan dan pertahanan nasional serta penegakan kedaulatan negara, dikarenakan propellant merupakan komponen utama untuk munisi bagi kebutuhan operasi TNI dan POLRI,” ujarnya.
Masih menurut Harry, kehadiran Pabrik Propellant ini banyak membawa manfaat. Beberapa diantaranya mengoptimalkan potensi industri dalam negeri serta penguatan struktur industri, mengembangan sumber daya manusia dengan keahlian di bidang propellant, dan alih teknologi dengan penguasaan dan pengembangan sendiri serta diversifikasi produk.
Ketika disinggung perkembangan pembangunan saat ini, Harry menjawab diplomatis bahwa banyak pihak yang terlibat dalam pembangunan ini sehingga memerlukan waktu untuk memulai pembangunan.
Sumber : Beritasatu , BUMN
No comments:
Post a Comment