Bandung (MI) :INDUSTRI pertahanan dalam negeri menunjukkan geliatnya lewat beberapa produk yang mulai mendunia. Diantara produk yang masih sedikit itu, nama Panser 6x6 Anoa menjadi salah satu produk alat utama sistem senjata (alutsista) lokal yang menjadi andalan.
Kehandalan kendaraan lapis baja ini sudah diakui dunia. Bahkan, pasukan penjaga perdamaian PBB menggunakan kendaraan ini untuk misinya di beberapa negara konflik. Sejumlah negara juga mulai tertarik untuk membelinya. Sebut saja Malaysia, misalnya. Negeri Jiran itu memesan puluhan Anoa yang diproduksi PT Pindad. Di dalam negeri, TNI Angkatan Darat sudah memesan sekitar 200 unit Anoa dalam beberapa tahap. Sekarang ini produksi terus dikebut untuk memenuhi seluruh pesanan itu.
Keberhasilan Anoa tidak dicapai dalam waktu yang singkat. PT Pindad mulai membuat prototype kendaraan anti peluru ini sejak darurat militer di Aceh. Kepala Sekretariat Perusahaan PT Pindad Iwan Kusdiana, mengatakan pada saat operasi militer di Aceh, ada peristiwa di mana truk pengangkut prajurit TNI kecelakaan yang menewaskan anggota. Dari peristiwa itu, salah seorang petinggi TNI menanyakan kesanggupan Pindad untuk membuat kendaraan angkut yang lebih aman. Tantangan itu dijawab dengan lahirnya prototype berupa kendaraan angkut hasil modifikasi truk pengangkut.
Truk biasa itu dibuatkan penutup di sisi-sisinya untuk lebih melindungi prajurit. Kendaraan itu terus dikembangkan hingga pada periode 2000-an lahirlah Panser 6x6 yang dinamai Anoa. “Saat itu varian APC (kendaraan angkut personel),” katanya, Selasa (16/10) lalu. PT Pindad terus mengembangkan Anoa. Kini telah ada beberapa varian Panser yang diproduksi. Diantaranya, angkut personel, ambulans, recovery, komando, dan angkut logistik. Panser itu dibuat menggunakan bahan lokal untuk lapisan baja. Sedangkan mesin masih harus mendatangkan dari luar negeri.
“Mesin kita beli sesuai pesanan, bisa Renault bisa Mercedes,” katanya. Pihaknya terpaksa membeli mesin dari luar negeri setelah kerja sama pengadaan mesin dari dalam negeri kandas. Saat itu, PT Pindad menjalin kerja sama dengan Texmaco untuk pemasok mesin. “Tapi berhubung Texmaco kolaps, kita beli dari luar negeri. Ke depan kalau ada industri di tanah air yang bisa menyediakan mesin sekelas yang kita gunakan, pasti kita gunakan dari dalam negeri,” sebut dia.
PT Pindad membanderol harga per unit Panser Anoa dalam kisaran Rp 8 miliar, tergantung spesifikasi yang dipesan. Kerja keras PT Pindad membuahkan hasil sepadan. Anoa menjadi produk alutsista laris karena terbukti handal. Bahkan, Anoa menjadi ikon dari alutsista produksi dalam negeri, selain senapan serbu yang juga dihasilkan PT Pindad. Dalam Indo Defence V 2012 Expo and Forum, 7-10 November nanti di Jakarta, Panser 6x6 Anoa menjadi ikon dari alutsista produksi Indonesia yang dipamerkan.
“Anoa sudah teruji di internasional dalam misi PBB,” kata Wakil Menteri Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin. Pada ajang itu, Anoa akan bersanding dengan berbagai alutsista yang diproduksi puluhan negara yang turut serta. Tercatat sekitar 50 negara dari lima benua akan turut serta dengan lebih dari 600 perusahaan. “Bahkan akan ada 25 paviliun negara dan akan hadir sebanyak tujuh menteri pertahanan dan panglima, wakil menteri pertahanan, serta pejabat-pejabat pertahanan dan militer dari lima benua,” lanjut Sjafrie.
Penampilan sejumlah produk pertahanan andalan yang diproduksi perusahaan milik negara maupun swasta dengan ikon Anoa ini, menurut Sjafrie, merupakan wujud konkret era kebangkitan industri pertahanan dalam negeri. Lewat pameran itu, diharapkan bakal memacu penjualan alutsista lokal di pasar internasional.
Sumber: Sindo
No comments:
Post a Comment