JKGR (MI) : Salah satu alternatif penyelesaian upaya pengembalian Irian Barat ke
wilayah RI adalah dengan kekerasan. Apabila hal itu terjadi tidak
mustahil bahwa TNI- AL ( ALRI) dituntut untuk menyiapkan manusia-manusia
katak (Frog Man), maka pada tahun 1954 dilaksanakan “Kursus Frog Man”
di Dinas Ranjau KDMS, yang diprakarsai oleh Kapt. Dch. Iskak (waktu itu
menjabat kepala dinas OPH) dan menghasilkan 4 (empat) orang manusia
katak dengan kemampuan teknik peperangan laut khusus yaitu selam tempur,
UDT (Underwater Demolition Team), infiltrasi lewat laut dan pengamatan
pantai, berkualifikasi 4 media yaitu darat, laut dan udara serta bawah
air.
Kemampuan bawah air inilah “kesaktian utama” para manusia katak
tempur di seluruh dunia. Sesuai namanya Kopaska adalah “biang” nya
segala metode pertempuran yang berbau “air”. Semua pasukan khusus AD, AU
dan AL yang mendalami ilmu tempur bawah air pasti akan berurusan dengan
satuan elit AL berbaret biru tua ini.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kepala Staf Angkatan Laut no Skep.
M/KSAL 5401.13 tanggal 31 Maret 1962 dibentuk dan diresmikan Komando
Pasukan Katak disingkat “KOPASKA” dengan komandan yang pertama Letkol
Laut OP Koesno. Saat itu didemostrasikan kemampuan UDT dan pembersihan
ranjau di depan presiden di dermaga ujung Surabaya. Bung Karno nampak
puas dengan kemampuan Kopaska itu. Padahal sesungguhnya, komposisi
prajurit pasukan katak sebagai satuan tempur belum sempurna. Masih
kurang beberapa puluh personel lagi mencapai jumlah personel yang cukup
untuk melaksanakan perintah operasi yang dibebankan pada Kopaska.
Maka dari itu Kopaska saat itu mendidik pasukan hingga 3 angkatan
yaitu : angkatan I adalah calon korps pelatih pasukan katak. Angkatan II
sebagai anggota unit tempur yang diambil dari anggota ALRI yang minimal
2 tahun pernah bertugas di kapal perang. Dan Angkatan III adalah 3
peleton anggota RPKAD yang dilatih menjadi “frog man”.
Komando Pasukan Katak adalah pasukan khusus berkualifikasi komando
dan ke –paska – an yang menempati hirarki tertinggi dalam lingkungan
kombatan di TNI – AL bersama dengan “saudara” nya yaitu Yon Taifib di
Korps Marinir. Hal ini dikarenakan untuk menjadi anggota pasukan katak
harus mempunyai kemampuan diatas rata – rata Dan bisa bergerak secara
individual. TNI – AL tidak main – main dalam merekrut para prajurit baru
di satuan elit berbaret biru tua ini. Standart yang tinggi, pengalaman
bertugas di KRI dan IQ diatas rata – rata adalah syarat mutlak seorang
prajurit KOPASKA. Kopaska juga bergerak atas perintah langsung Panglima
TNI.
Satuan Kopaska saat ini bernaung di bawah Komando Armada (Barat dan
Timur). Masing – masing dipimpin oleh seorang Kolonel/Letkol senior dari
berbagai korps dalam TNI AL yang duluya juga pernah menempuh pendidikan
Kopaska. Wakil Danpaska adalah Letkol dan detasemen dibawahnya dipimpin
oleh seorang Mayor atau Kapten. Diharapkan untuk masa yang akan datang
Kopaska mempunyai satu orang komandan pusat SATPASKA berpangkat
Laksamana Pertama. Dengan adanya sistem terpusat seperti itu maka
terciptalah satu komando pusat sehingga terciptalah keselarasan dan
kebijakan mengenai latihan, persenjataan, peralatan yang ter integrasi
antara satpaska yang bertempat di Armatim dan Armabar. Kopaska juga akan
resmi menyandang gelar pasukan komando.
Hanya prajurit matra laut yang mempunyai standar di atas rata – rata
dan kemampuan fisik prima yang dapat menjadi anggota Kopaska. Dan di
lingkungan matra laut terdapat fakta hanya segelintir prajurit yang
mampu bertahan dan lulus dari pendidikan pasukan katak di Sepaskal
KODIKAL Surabaya ini. Sedikitnya calon yang lulus dalam pendidikan ini
menandakan bahwa TNI – AL tidak sembarangan merekrut prajurit Kopaska.
Karena tugas yang diemban Kopaska bisa dikatakan sangat berat dan
mencakup wahana empat media (darat, laut, udara dan bawah air) sesuai
kodratnya sebagai pasukan amfibi.
Persyaratan Calon Prajurit Kopaska :
Anggota TNI AL (Non anggota Korps Marinir)
Berdinas minimum 2 thn di KRI / Kapal Perang RI
Lulus Kesamaptaan (standart pasukan khusus TNI)
Lulus Tes Berenang (militer, gaya katak dan gaya bebas)
Lulus Tes Ketahanan Air
Lulus Psikotest khusus
Lulus Wawancara dan Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun.
Mempunyai wawasan luas baik militer atau umum dan kemampuan mengoperasikan peralatan tempur dan senjata dengan baik
Berdinas minimum 2 thn di KRI / Kapal Perang RI
Lulus Kesamaptaan (standart pasukan khusus TNI)
Lulus Tes Berenang (militer, gaya katak dan gaya bebas)
Lulus Tes Ketahanan Air
Lulus Psikotest khusus
Lulus Wawancara dan Secara sadar mengikuti tes dan pendidikan tanpa paksaan siapapun.
Mempunyai wawasan luas baik militer atau umum dan kemampuan mengoperasikan peralatan tempur dan senjata dengan baik
Setelah lulus penyaringan dan mendapat perintah untuk menempuh dikbrevet paska, maka calon diberangkatkan ke Sepaskal Kodikal TNI AL Surabaya. Di sana tes terakhir mencakup keseluruhan materi tes bagi para calon. Yang tidak lulus akan dikembalikan ke satuan asalnya.
Pendidikan Kopaska memakan waktu hampir 10 bulan terbagi atas
beberapa tahap yang meliputi teori dan praktek lapangan baik di darat
dan laut.
Materi pendidikan Kopaska terdiri atas :
Akademik Paska
Kepaskaan
Dik Komando (telah melaksanakan sendiri, sebelumnya bergabung dengan Marinir)
Terjun (Static dan AFF). Setelah melaksanakan terjun dasar mendarat di darat selanjutnya adalah spesialisasi kemampuan terjun ( statik & free fall) untuk mendarat di rig-rig lepas pantai dan laut.
Inteligen Tempur
Sabotase dan kontra sabotase
Demolisi bawah air
Latihan pemantapan (berganda)
Pendidikan Komando Kopaska sebenarnya berkiblat pada metode
pendidikan Komando Kopassus dan telah dilaksanakan sendiri oleh Kopaska
selain materi pendidikan komando ala Marinir. Sampai saat ini biasanya
ada pelatih dari Batujajar yang datang bertandang atau diundang untuk
melatih di Kopaska. Hal terkait dengan sejarah dimana anggota awal
Kopaska (angkatan III) adalah 3 peleton anggota RPKAD pada tahun 60-an
ketika Operasi Trikora didengungkan. Para Kopaska “dadakan” inilah yang
akan menjebol lambung kapal induk Belanda Karel Doorman dengan
menggunakan Torpedo Berjiwa. Mereka kembali ke RPKAD pada tahun 1964.
Pendidikan Kopaska diawali dengan indoktrinasi dan gemblengan fisik
yang membuat lelah luar biasa terutama otot kaki. Maklum kesaktian utama
pasukan katak adalah menyelam dan bertempur dibawah air. Masa latihan
pertama selama 1,5 bulan itu diakhiri dengan “Hell Week” yang sangat
menguras tenaga karena para siswa baik Pa, Ba dan Ta digojlok sama
standard pasukan khusus. Mereka selalu dikejutkan dengan kegiatan tiba –
tiba dan tak terduga. Seperti renang laut di tengah malam, senam perahu
karet, dayung, tidur sebentar lantas 10 menit kemudian para siswa
disuruh melakukan halang rintang, push up dan pull up atau digebuki oleh
para pelatih untuk melatih mental serta ujian lisan tentang teori yang
telah diberikan. Itu hanya untuk membuktikan bahwa seseorang bisa
berpikir 10 kali lipat dalam keadaan terdesak dan tantangannya adalah
bagaimana caranya bisa berpikir seperti itu secara sadar dan tidak
gegabah. Karena itulah hakikat sebuah pasukan khusus yang bisa
menyelesaikan misinya dengan cepat, tuntas dan rapi.
Fase selanjutnya adalah pembinaan kelas selama 2,5 bulan plus sebulan
praktek. Teori yang didapat antara lain adalah : pengintaian pantai,
demolisi dan sabotase. Daerah latihan Kopaska pada ini adalah seputar
pantai wilayah gresik atau pantai di daerah Puslatpur Marinir Karang
Tekok Situbondo. Tapi jangan kira walaupun pembinaan kelas, para siswa
tetap diwajibkan lari dan berenang baik dalam kolam maupun laut.
Tahap berikutnya adalah materi pendidikan komando. Pada tahap inilah
para calon pasukan katak dihadapkan pada materi perang darat dan
unconventional warfare pada beberapa sub materi yaitu : Perang Hutan,
Perang Jarak Dekat, Navigasi, Sea and Jungle Survival, Baca peta,
pengenalan berbagai senjata api, daki serbu, mounteenering, Combat SAR
dan intelijen tempur serta beladiri tangan kosong. Pasukan Katak
menggunakan regu berjumlah 7 personel dalam setiap aksinya namun jangan
salah, mereka dilatih juga secara individual untuk sabotase dan
penyusupan yang memang tidak bisa dilaksanakan keroyokan. Biasanya ada
pelatih dari Kopassus yang ikut melatih di tahap ini untuk menjaga
kualitas lulusan. Materi Komando Kopaska dijalani selama 4 bulan dengan
pemadatan dan penyesuaian materi sesuai keperluan Kopaska. Disini juga
terdapat materi pelolosan dan Kamp tawanan yang membikin bulu kuduk
merinding karena sangat brutal dan tak kenal ampun. Sebab apabila ndak
punya mental baja, siksaan fisik bertubi – tubi dari pelatih yang
berperan sebagai musuh apabila si siswa tertangkap… alamat calon Kopaska
tidak lulus dari pendidikan.
Lulus dari tahap komando, selanjutnya siswa Kopaska dikirim ke
sekolah para untuk mempelajari dasar terjun payung militer. Pendidikan
ini bisa ditempuh di Sekolah Para Korps Marinir Gunung Sari Surabaya.
Bisa juga di tempuh di Sekolah Para Pusdik Kopassus Batu Jajar Bandung
atau Sekolah Para TNI AU di WING III Diklat Paskhas AU Lanud Sulaiman
Bandung. Namun biasanya pendidikan sering dilakukan di Sekolah Para
Korps Marinir. Dalam latihan ini para calon di latih selama 3 minggu
yang meliputi : Ground Training (mengenal parasut, melipat dan
memperbaiki, cara pendaratan yang benar dan latihan loncat dari menara
34 kaki), Latihan loncat dari menara 250 kaki, dan 1 minggu praktek (3
kali terjun tanpa perlengkapan, 1 kali terjun siang full gear dan 1 kali
terjun malam full gear). Setelah lulus mereka berhak mendapat brevet
para dasar (non marinir) yang biasanya disematkan di kantong sebelah
kiri PDH / PDL. Mereka terjun dengan pesawat angkut milik PENERBAL
(Penerbangan Angkatan Laut) di Lanudal Juanda Surabaya.
Tahap berikutnya adalah sabotase, kontra sabotase dan intelijen
tempur. Materi yang menekankan pada konsep “blue jins soldier” ini
dilakukan selama 2 bulan sebagai lanjutan materi serupa yang telah
mereka terima pada tahap Komando. Mereka harus bisa mendata, mencari tau
berapa komposisi jumlah musuh, kapan saat lengah, demografi, menggalang
simpatisan, dan waktu yang tepat untuk operasi raid. Yang pasti tanpa
tidak diketahui musuh. Walaupun kelihatannya sederhana namun
sesungguhnya apabila si calon tidak menguasai benar ilmu yang telah
didapat sebelumnya, maka dipastikan dalam tahap ini akan menemui
kesulitan dan gugur karena setiap personel melakukan tugasnya sendiri –
sendiri.
Tahap terakhir dari pendidikan Kopaska adalah pendidikan Underwater
Demolition Team (UDT). Inilah kesaktian pamungkas sekaligus ciri khas
pasukan katak di seluruh dunia. Tehnik menjinakkan ranjau, patroli
pantai, renang rintis, penyelaman laut dalam, selam dengan Scuba Close
Circuit, sabotase kapal musuh dengan torpedo berjiwa, dan raid dalam
laut dipelajari disini. Karena pendidikan ini adalah bagian akhir dari
dikma brevet paska, pelatih mengadakan latihan berganda yang mencakup
keseluruhan materi yang pernah diberikan pada juga tahap ini. Latihan
ini sering mengambil tempat di Puslatpur Marinir Grati Pasuruan sebab
pada waktu yang sama, Puslatpur Marinir di Karang Tekok biasanya sedang
mengadakan pendidikan bagi calon Marinir baru untuk mendapatkan brevet
Komando Hutan selama 2 bulan. Akhir dari pendidikan Kopaska yang hampir 1
tahun itu ditandai dengan digelarnya operasi amfibi khusus, demo UDT,
Infiltrasi, raid amfibi dan keahlian lain yang dimiliki pasukan katak
TNI – AL ini didepan para petinggi TNI AL.
Pasukan Katak “muda” ini berhak atas baret biru Kopaska, Brevet
Manusia Katak, Brevet Para Dasar (bentuk brevet disesuaikan dengan
dimana mereka menempuh sekolah para dasar), brevet menembak TNI – AL,
Brevet Selam TNI AL, Brevet renang selat dan brevet lainnya yang berhak
mereka kenakan di dalam dinas. Juga PDL loreng baru Kopaska. Sebagai
awal, mereka akan ditempatkan di detasemen latih yang ada di Armabar dan
Armatim selama setahun. Untuk selanjutnya bisa menempuh pendidikan
spesialisasi (master/tingkat madya) di bidang masing – masing minimal
setelah 2 – 3 tahun bertugas di Kopaska. Biasanya walaupun bukan
merupakan sebuah korps, para frogmens ini menyisipkan kata “Katak”
sebagai gelar kecabangan / keahlian pada pangkatnya.
Karir seorang frogman di jajaran pasukan katak atau setelah lepas
dari satuannya bisa berkembang sebagai pelatih selam baik militer maupun
sipil, tenaga selam pada satuan SAR dan memegang jabatan vital lainnya
yang sesuai dengan latar belakang kelimuan sebagai pasukan katak dan
kepangkatannya. Pada saat di satuan semua anggota Kopaska berhak
melanjutkan dan mengembangkan keahlian yang telah dimiliki dengan
mengikuti pendidikan, sekolah atau kursus yang disesuaikan dengan
kebutuhan orgaisasi sampai dengan tingkat master (madya) : Menembak
tepat tingkat jitu, supervisor selam, Jumpmaster, pelatih jasmani,
pelatih komando, beach master, pendidikan intelijen tempur,
penanggulangan teror, sabotase dan keadministrasian militer serta lain
lain. Pendidikan, sekolah atau kursus dapat ditempuh di Pusdik milik TNI
AL sendiri atau milik TNI AD dan TNI AU bahkan diluar negeri. Bahkan
ada Bintara Kopaska ada yang pernah mengikuti pendidikan pilot TNI AL
dan kemudian menjadi pilot PENERBAL. Seorang prajurit Kopaska bisa juga
berkarir di luar kedinasan sebagai pelatih selam dan renang untuk umum.
Perwira Kopaska (utamanya dari AAL) bisa berkarir sampai dengan pangkat
Laksamana (Jenderal AL) sama seperti perwira Marinir atau korps lainnya
di jajaran TNI AL.
Kopaska menerapkan standart yang hampir sama dengan Kopassus di
bidang kesemaptaan dan kemiliteran apabila ada anggota yang ingin
menempuh sekolah Caba atau Capa. Saking dekatnya, lipatan baju loreng
(PDL) satuan Kopaska diseragamkan dengan lipatan PDL TNI AD dan TNI AU
(lipatan keluar). Kopaska sering berlatih dengan para “saudara” nya di
Kopassus, Korpaskhasau dan Taifib Korps Marinir. Bahkan sekarang mereka
kerap berlatih bersama Terutama di materi jungle warfare, penanggulangan
teror, UDT, penjinakan bahan peledak, pembersihan ranjau juga
penerjunan perahu pada operasi salvage atau Combat Free Fall. Kopaska
juga mempelajari tehnik gelar pasukan lintas heli, operasi dalpur,
hanlan dan OP3UD yang didapat dari paskhas di TNI AU. Sebab TNI AL juga
punya pangkalan udara yang membutuhkan pengamanan ekstra ketat. Anggota
Kopaska pilihan dapat bergabung dengan paspampres untuk melakukan
pengamanan VIP/VVIP atau bergabung dalam detasemen anti teror Kopaska.
Bisa juga bergabung dengan Marinir di Detasemen Jala Mengkara.
Rentang penugasan Kopaska cukup panjang. Dimulai dari tahun 1962
sejak berdiri, Agenda penugasan Kopaska terbilang padat. Mulai operasi
infiltrasi, sabotase, pengamanan KRI, operasi tempur bawah air dan
mempersiapkan daerah pendaratan, hingga menjebol kapal induk Belanda
Karel Doorman dengan torpedo berjiwa. Bahkan segelintir pasukan katak
“jemput bola” di terusan Suez dan terusan Panama untuk menghancurkan
Karel Doorman. Dimasa Dwikora, Kopaska ditugasi menyusup ke Singapura
untuk menghancurkan beberapa target penting. Bahkan operasi pembersihan
ranjau yang harus dilakoni Kopaska adalah dari Sabang sampai Sulawesi.
Dimasa orde baru Kopaska didaulat merintis sebuah pasukan sejenis
untuk negara yang dulu adalah “TO” nya TNI. Yaitu Malaysia. Pasukan ini
dinamai Pasukan Khas Laut (PASKAL TLDM). Kopaska juga bertugas sebagai
bagian dari kontingen Garuda. Dalam operasi Seroja, Anggota Kopaska dan
Intelijen Kopassus yang tergabung dalam 1 detasemen menyelinap di garis
belakang lawan mulai tahun 1973 mencari data, informasi dan menggalang
massa serta membangun jaringan intelijen. Mungkin nama Kopaska jarang
dikenal karena memang jarang sekali terlibat kontak senjata terbuka
dengan musuh. Kerahasiaan mereka dipegang teguh dalam setiap aksinya.
Kopaska aktif dalam setiap latihan gabungan ABRI / TNI dan menjalankan
fungsi asasinya secara konsisten
Kopaska sering diserahi tugas mendidik pasukan khusus lain dalam TNI
mengenai ilmu tempur khusus kelautan. Pasukan khusus berskala peleton
yang dilatih Kopaska adalah Ton Tai Pur KOSTRAD dan unit khusus
penanggulangan teror Paspampres. Untuk Paspampres biasanya yang
diajarkan adalah materi pengamanan bawah air. Ketika berlatih bersama
U.S. Navy Seal, Kopaska dan tim dari pasukan khusus TNI lainnya mengeruk
ilmu sebanyak – banyaknya. Tentang ilmu Naval Special Warfare ataupun
lainnya. Medan yang digunakan bisa di daerah latihan Satpaska Armabar
atau Armatim. Inovasi dan kemampuan Kopaska semakin terasah dengan baik.
Dalam operasi pemulihan keamanan di NAD, Kopaska termasuk pasukan
yang menyusup pertama kali untuk mengamati daerah pantai, menyiapkan
rambu pantai, menyiapkan daerah pendaratan dan mengumpulkan data
intelijen. Karena mereka selalu bergerak dalam unit kecil, maka jarang
sekali nama Kopaska terdengar pada berita yang ada di media cetak maupun
televisi. Penyerbuan basis GAM di P. Nasi tanpa korban di pihak TNI
sesungguhnya adalah buah kesuksesan Kopaska dari pengamatan ber bulan
bulan. P. Nasi yang tempatnya berada disebelah utara NAD adalah
penyimpanan senjata selundupan GAM. Kopaska, Taifib Marinir dan Kopassus
langsung menyerbu pulau itu dikala GAM tengah lengah. Hasilnya memang
ada gudang penyimpanan senjata selundupan yang digunakan AGAM untuk
merongrong NKRI dan masyarakat. Senjata ini biasanya langsung dikirim
dari Swedia sebagai basis GAM diluar negeri.
Kopaska baik di Satpaska Armatim maupun Armabar masing – masing
mempunyai 1 detasemen berkualifikasi anti teror / penanggulangan teror
yang khusus ditugasi untuk memberangus para teroris terutama di lautan,
bajak laut yang membajak kapal niaga, ring lepas pantai dan pulau –
pulau di tengah laut yang memiliki objek vital dan operasi khusus sesuai
perintah Panglima TNI. Untuk menjadi anggota Detasemen Khusus ini
seorang anggota Kopaska harus sudah berdinas minimal 3 tahun, minimal
sekali bertugas tempur dan mempunyai minimal 3 keahlian spesialisasi
tingkat II (muda) di bidang menembak, selam, terjun payung dan kelautan.
Pendidikan anti teror Kopaska armatim dan Armabar dijadikan satu.
Khusus mendalami materi perang darat, CQB, persenjataan dan lintas udara
mereka bisa pula dikirim ke Sepursus Pusdik Passus.
Sedang mendalami
kemampuan tempur yang berbau “air asin” yang memang “khas” nya Kopaska,
personel pilihan ini dididik di SEPASKAL dengan materi pendalaman selam
tempur, renang dengan tangan dan kaki terikat sejauh 3 km, intelijen,
sabotase dan CQB di kapal, kilang minyak lepas pantai, Water Jump,
operasi raid di rawa, laut, sungai dan pantai plus metode dan tehnik
pengamanan VIP / VVIP. Pendidikan selama 5 bulan itu ditutup dengan
ujian final terhadap semua materi yang telah diberikan dan penyematan
brevet anti teror TNI AL oleh KSAL atau yang mewakili. Dalam
perkembangannya, Korps Marinir mengembangkan unit serupa yang dinamai
Detasemen Jala Mengkara yang memasukkan personel Kopaska sebagai salah
satu unsurnya disamping personel Intai Amfibi Marinir. Pendidikan calon
anggota Den Jaka dikenal dengan PTAL (Penanggulangan Teror Aspek Laut)
yang dijalani selama 6 bulan. Biasanya personel Kopaska yang tergabung
dalam unit anti teror memakai brevet Naval Special Warfare yang sama
persis bentuknya dengan brevet US Navy Seals.
Kopaska juga telah mengembangkan modifikasi tehnologi torpedo berjiwa
(yang disebut KTBA : Kendaraan Tempur Bawah Air) yang digunakan untuk
menjebol lambung kapal perang musuh yang diluncurkan dari kapal selam.
Dengan kombinasi Sea Raider dan manusia katak tempur berkualifikasi
lengkap, maka tidak ada lagi rintangan yang tidak bisa dilewati. (by Pocong Syereem).
“Tan Hana Wighna Tan Sirna”
“Jalesveva Jayamahe”
“Jalesveva Jayamahe”
Sumber : JKGR
No comments:
Post a Comment