Bandung (MI) : Lembaga
Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan) berhasil mengembangkan N219
buatan sendiri. Ini dibuktikan, dengan First Cutting Detail Part
Manufacturing N219 yang dilakukan hari ini, Selasa 9 September 2014, di
Bandung.
Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan, Jasyanto, kegiatan ini merupakan pemotongan pertama Detail Part Manufacturing (DPM), pertanda dimulainya pembuatan komponen airframe N219.
"Saat ini, N219 telah mencapai tahap produksi komponen. Proses DPM ini merupakan satu tahapan penting dalam pembuatan pesawat," kata Jasyanto, dalam keterangan resminya.
N219 disebut-sebut sebagai pesawat perintis berpenumpang 19 orang yang mampu mendarat di landasan pendek di ketinggian ekstrem.
"Lapan melalui Pusat Teknologi Penerbangan siap membangkitkan kembali industri penerbangan nasional. Setelah seluruh proses pengembangan prototipe N219 selesai, pesawat ini akan diproduksi massal oleh BUMN Penerbangan, PT DI (Dirgantara Indonesia)," ujar Jasyanto.
Program N219 dimulai sejak 2006, dengan melakukan kajian pasar dan kelayakannya. Lapan telah mengalokasikan anggaran dan melibatkan engineer di bidang aerodinamika, struktur, propulsi, navigasi, dan avionik pesawat untuk mengembangan N219.
"Tahun 2008 hingga 2012, dilanjutkan dengan membuat desain konsep dan melakukan uji wind tunnel (terowongan angin). Saat ini, N-219 berada pada fase detail design dan tooling design yang akan selesai pada Oktober 2014," katanya.
Diharapkan, kata Jasyanto, Lapan akan menyelesaikan pembangunan pesawat ini sepenuhnya dan menunjukkannya kepada publik pada 10 Agustus 2015. Sementara itu, pesawat ini direncanakan terbang untuk pertama kali pada Desember 2015. Kemudian, pesawat akan memasuki proses sertifikasi yang akan selesai pada Oktober 2016.
Selain untuk membangkitkan industri penerbangan nasional, N219 dibangun juga sebagai pengembangan pesawat perintis di Indonesia timur dan pulau-pulau kecil.
Pengembangan pesawat ini optimistis dapat meningkatkan industri penerbangan dalam negeri. Hal ini, disebabkan potensi pasar bagi N219 sangat besar karena tingginya kebutuhan pesawat dalam negeri, diiringi pertumbuhan penumpang transportasi udara Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Bukti tingginya kebutuhan transportasi udara di dalam negeri terlihat, dari banyaknya pihak yang memesan pesawat ini. Bahkan, saat ini, sudah ada pesanan sebanyak 150 pesawat dari berbagai maskapai penerbangan dan industri.
Menurut Kepala Bagian Hubungan Masyarakat Lapan, Jasyanto, kegiatan ini merupakan pemotongan pertama Detail Part Manufacturing (DPM), pertanda dimulainya pembuatan komponen airframe N219.
"Saat ini, N219 telah mencapai tahap produksi komponen. Proses DPM ini merupakan satu tahapan penting dalam pembuatan pesawat," kata Jasyanto, dalam keterangan resminya.
N219 disebut-sebut sebagai pesawat perintis berpenumpang 19 orang yang mampu mendarat di landasan pendek di ketinggian ekstrem.
"Lapan melalui Pusat Teknologi Penerbangan siap membangkitkan kembali industri penerbangan nasional. Setelah seluruh proses pengembangan prototipe N219 selesai, pesawat ini akan diproduksi massal oleh BUMN Penerbangan, PT DI (Dirgantara Indonesia)," ujar Jasyanto.
Program N219 dimulai sejak 2006, dengan melakukan kajian pasar dan kelayakannya. Lapan telah mengalokasikan anggaran dan melibatkan engineer di bidang aerodinamika, struktur, propulsi, navigasi, dan avionik pesawat untuk mengembangan N219.
"Tahun 2008 hingga 2012, dilanjutkan dengan membuat desain konsep dan melakukan uji wind tunnel (terowongan angin). Saat ini, N-219 berada pada fase detail design dan tooling design yang akan selesai pada Oktober 2014," katanya.
Diharapkan, kata Jasyanto, Lapan akan menyelesaikan pembangunan pesawat ini sepenuhnya dan menunjukkannya kepada publik pada 10 Agustus 2015. Sementara itu, pesawat ini direncanakan terbang untuk pertama kali pada Desember 2015. Kemudian, pesawat akan memasuki proses sertifikasi yang akan selesai pada Oktober 2016.
Selain untuk membangkitkan industri penerbangan nasional, N219 dibangun juga sebagai pengembangan pesawat perintis di Indonesia timur dan pulau-pulau kecil.
Pengembangan pesawat ini optimistis dapat meningkatkan industri penerbangan dalam negeri. Hal ini, disebabkan potensi pasar bagi N219 sangat besar karena tingginya kebutuhan pesawat dalam negeri, diiringi pertumbuhan penumpang transportasi udara Indonesia terus meningkat setiap tahun.
Bukti tingginya kebutuhan transportasi udara di dalam negeri terlihat, dari banyaknya pihak yang memesan pesawat ini. Bahkan, saat ini, sudah ada pesanan sebanyak 150 pesawat dari berbagai maskapai penerbangan dan industri.
N-219 Cocok untuk Penerbangan Pulau Kecil
Pesawat N-219 yang diprodukasi Lapan dengan
pengerjaan oleh PT Dirgantara Indonesia (PTDI) merupakan pesawat jenis
perintis yang cocok digunakan untuk Indonesia timur dan pulau-pulau
kecil dengan landasan pacu pendek dan ketinggian ekstrem. Pesawat ini
berpenumpang 19 orang dengan sistem cokpit digital dan teknologi canggih
berbiaya murah.
Direktur PT Dirgantara Indonesia Budi Santoso menyampaikan hal itu
pada "First Cutting Detail Part Manufacturing N219". Kegiatan ini
merupakan pemotongan pertaman detail part manufacturing (DPM) atau
dimulainya pembuatan komponen airframe N219. Proses ini merupakan satu
tahapan penting dalam pembuatan pesawat, berlangsung di Hanggar Produksi
KPII PT Dirgantara Indonesia, Jalan Pajajaran, Bandung, Selasa
(9/9/2014).
Menurut Budi, N219 dibuat dengan teknologi canggih menggunakan 60
persen komponen lokal berbiaya murah. Diharapkan, meskipun berbiaya
murah tetapi penjualannya semahal mungkin dengan tujuan untuk
mengembangkan industri penerbangan lainnya.
Pesawat N219 dapat tinggal landas di landasan pendek 600 meter dengan
ketinggian terbang mencapai 3000 an dan daya jelajah 800 mil atau
sejauh jarak tempuh Jakarta-Surabaya. Pesawat ini dibuat pertama dua
unit dengan biaya sebesar Rp 400 milyar pada tahun pertama (2014) dan Rp
90 miliar untuk tahun kedua (2015).
Program N219 sebenarnya kata Budi sudah dirancang 10 tahun silam.
Namun karena kesulitan teknis dan non teknis baru dapat dikerjakan mulai
2006 dengan melalukan kajian pasar dan kelayakannya.
Dibandingkan dengan pesawat sejenis, N219 memiliki keunggulan
berbeda. Selain jumlah penumpangnya berlebih, rata-rata pesawat sejenis
seperti Cesna atau yang lainnya hanya berpenumpang 15 orang sedangkan
N219 berpenumpang 19 orang, bagian cokpit pesawat juga sudah menggunakan
sistem digital.
Pesawat ini, menurut Ketua Lapan Thomas Jamaludin dapat menggantikan
sistem angkut hasil pertanian berupa coklat, cengkeh, dll yang semula
menggunakan kapal laut. "Ini diharapkan menjadi landasan untuk Indonesia
bangkit menjadi bangsa yang maju dan mandiri," ujar Thomas.
Sumber : VIVAnews , Pikiran-rakyat
No comments:
Post a Comment