Purwarupa
Satelit Lapan A2 di Pusat Teknologi Satelit Lembaga Penerbangan &
Antariksa Nasional (LAPAN) di Jalan Cagak Satelit, Ranca Bungur, JBogor
awa Barat, Jumat (31/8). Jika sebelumnya pembangunan Lapan Tubsat
dilakukan di Technische Universitat Berlin, Jerman, maka untuk
penggarapan Lapan A2 sepenuhnya dilakukan di Pusat Teknologi Satelit
Lapan di Rancabungur.
TEMPO.CO, Bogor - Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) telah merampungkan satelit LAPAN-A2. Satelit kedua buatan LAPAN ini selesai dirakit pada 13 Agustus 2012 dan akan diorbitkan ke luar angkasa pada pertengahan tahun depan dari Sriharikota, India.
Menumpang roket PSLV-C23 yang mengangkut muatan utama satelit Astrosat, LAPAN-A2 akan diluncurkan ke orbit utama dekat ekuatorial. Astrosat adalah satelit astronomi buatan India seberat 1,6 ton yang berfungsi antara lain sebagai teleskop antariksa.
"Peluncuran tertunda sejak tahun lalu karena Astrosat, satelit muatan utamanya belum selesai dibangun," kata Direktur Pusat Teknologi Satelit LAPAN Suhermanto dalam konferensi pers di Laboratorium Pusat Teknologi Satelit LAPAN di Rancabungur, Bogor, Jumat 31 Agustus 2012.
LAPAN-A2 adalah satelit generasi penerus LAPAN-TUBSAT (LAPAN-A1), satelit pertama yang diluncurkan pada 2007. Satelit ini murni dibangun para peneliti dan perekayasa LAPAN. Seluruh proses perakitan satelit berbobot 78 kilogram ini dilakukan di Laboratorium Pusat Teknologi Satelit LAPAN.
Suhermanto menyatakan tidak mengetahui persis kapan Astrosat kelar dibangun. Namun, LAPAN-A2 akan dikirim ke India untuk persiapan peluncuran pada kuartal kedua 2013. Pada saat bersamaan juga dilakukan penempatan para insinyur LAPAN di India hingga hari peluncuran.
Kemampuan LAPAN-A2 sebenarnya tidak berbeda jauh dengan satelit pendahulunya. Hanya saja satelit baru ini memiliki sensor lebih canggih yang dirancang khusus untuk mengemban tiga misi, yakni pengamatan bumi, pemantauan kapal, dan komunikasi radio amatir.
LAPAN-A2 juga dilengkapi sensor Automatic Identification System (AIS) untuk mengenali kapal layar yang melintas di wilayah yang dilewati.
"Kemampuan ini memungkinkan LAPAN-A2 memantau lalu lintas kapal di wilayah laut Indonesia," ujar Suhermanto.
LAPAN-TUBSAT juga murni buatan LAPAN, meski pembangunannya kala itu masih bekerja sama dengan Technische Universitat Berlin di Jerman. Satelit yang diluncurkan dari India tersebut hingga kini masih beroperasi dengan baik, padahal awalnya diperkirakan hanya berumur dua tahun. Keberhasilan pembuatan LAPAN-TUBSAT inilah yang kemudian mendorong LAPAN untuk mengembangkan satelit penerusnya.
Suhermanto mengatakan, pembuatan LAPAN-A2 merupakan wujud keberhasilan bangsa Indonesia dalam mengembangkan teknologi antariksa. Satelit mungil berbentuk balok dengan dimensi 50x47x38 sentimeter yang dilengkapi sejumlah antena dan dua lensa itu akan mengorbit pada ketinggian 650 kilometer.
Pada orbit tersebut LAPAN-A2 akan melintasi wilayah Indonesia secara diagonal dari barat ke timur sebanyak 14 kali sehari--siang dan malam masing-masing 7 kali--dengan lama waktu melintas sekitar 20 menit. Di titik ini sensor AIS LAPAN-A2 akan memiliki radius deteksi lebih dari 100 kilometer dan mempunyai kemampuan untuk menerima sinyal dari maksimum 2 ribu kapal dalam satu daerah cakupan.
"Nantinya LAPAN-A2 akan menjadi satelit pemantauan bumi pertama di dunia yang memiliki orbit ekuatorial," kata Suhermanto.
hebat lanjutkan, jaya indonesia
ReplyDelete