Thursday, September 6, 2012

Indonesia Pemilik Pertama Super Tucano di ASEAN


TEMPO.CO, Malang-Panglima Komando Operasi (Pangkoops) II Marsekal Muda Agus Supriatna mengatakan seluruh keluarga TNI Angkatan Udara bangga dan makin percaya diri dengan bergabungnya Super Tucano. Di kawasan Asia Tenggara, Indonesia adalah negara pertama yang menjadi pemilik dan pengguna Super Tucano.

Menurut Agus, keunggulan Super Tucano antara lain dibuktikan oleh kemampuan menempuh operasi jarak jauh. Sebagai gambaran, dengan membawa 6 bom atau alat tempur, Super Tucano mampu terbang tanpa henti dari Malang sampai ke Balikpapan.

Sebanyak empat pesawat tempur taktis ringan Super Tucano EMB-314/A-29 tiba di Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh hari ini. Pesawat yang diawaki pilot dan teknisi Embraer itu melintasi wilayah udara Spanyol, Maroko, Italia, Yunani, Mesir, Qatar, Oman, India, Thailand, dan mendarat di Pangkalan Udara Soewondo di Medan, Sumatera Utara, dilanjutkan ke Pangkalan Udara Halim Perdanakusuma di Jakarta pada Sabtu kemarin. Total 12 hari keempat pesawat itu terbang dari Brazil menuju Indonesia.

Penempatan di Malang karena Pangkalan Udara Abdulrachman Saleh sudah mempunyai peralatan komplet perawatan pesawat yang sudah disiapkan dua tahun lalu. “Di sini menjadi pangkalan induk, tidak bisa ditaruh di lokasi operasi, seperti ditaruh di perbatasan. Lain soal misalnya di perbatasan sana sudah ada pangkalannya,” kata Agus Supriatna.

Menurutnya, keempat pesawat baru diserahterimakan ke TNI Angkatan Udara pada 17 September nanti. Peresmian Skadron Udara 21 dan pengoperasian Super Tucano dilakukan pada 21 September oleh Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro. “Sekarang yang kita terima 4 pesawat dulu. Total ada 16 pesawat yang kita pesan. Semoga dengan adanya hubungan baik dengan Brasil, pada akhir tahun depan, 12 pesawat lagi bisa selesai dan bisa kita terima,” kata Agus.

TNI Angkatan Udara dan Embraer menandatangani kontrak pembelian delapan Super Tucano di Pameran Dirgantara Farnborough, Inggris, pada 10 Juli 2011. Termasuk di dalam kontrak satu unit simulator untuk pelatihan para pilot Angkatan Udara.

Empat pesawat dengan cocor merah bergerigi itu sudah memakai nomor regristrasi TT-3101, 3102, 3103 dan 3104. Model bagian depan berwarna merah merupakan karya (almarhum) Marsekal Madya F. Djoko Poerwoko.

Sebelum dikirim ke Indonesia, pada akhir Juli lalu Sekretaris Jenderal Kementrian Pertahanan Marsekal Madya Errys Heryanto meninjau dulu ke pabrik Embraer. Tim gabungan Kementerian Pertahanan dan TNI AU yang dipimpin oleh Letnan Kolonel Alit Erbawa tiba di fasilitas produksi Embraer untuk memeriksa pesawat pesanan.

Pemeriksaan meliputi dokumen, pencocokan komponen pesawat, interior pesawat, pengecatan dan uji terbang. Khusus uji terbang dilaksanakan oleh pilot Embraer dan Komandan Skadron Udara 21 Mayor Penerbang James Yanes Singal.

Pemeriksaan di darat mencakup kondisi fisik pesawat, pemeriksaan instrumen pesawat sebelum dan sesudah mesin dinyalakan, serta pemeriksaan kendali pesawat selama proses lepas landas dan mendarat.

Uji terbang dilakukan di ketinggian 25.000 kaki untuk pemeriksaan beberapa sistem pesawat yang meliputi sistem bahan bakar, tekanan udara, auto pilot, mesin, navigasi, komunikasi, penembakan (simulasi) dan landing gear, serta pendaratan pesawat yang didahului dengan beberapa manuver.

No comments:

Post a Comment