Surabaya (MI) : Indonesia
memiliki 9 corong masuk yang dapat dilalui kapal asing, sehingga jalur
masuk tersebut harus dijaga dengan melakukan penambahan armada kapal.
Pemerintah
berencana untuk menambah jumlah armada kapal selam yang dimiliki saat
ini. Yakni pembuatan 3 kapal selam bekerja sama dengan galangan kapal
asal Korea, DSME, dengan melakukan Transfer of Technology (TOT). Kapal
ke 3 dapat dibangun di dalam negeri, yakni di PT PAL Indonesia
(Persero). Namun rencana tersebut mengalami keterlambatan, pasalnya
pembangunan sarana dan prasarana fasilitas produksi kapal selam di PT
PAL Indonesia (Persero) mengalami kendala.
Hal ini
disampaikan secara langsung oleh Direktur Utama PT PAL Indonesia
(Persero) kepada anggota Komisi VI DPR RI, Bambang Haryo Soekartono,
dalam kunjungan kerjanya ke PT PAL Indonesia (Persero). “Saat ini kami
sedang mengerjakan pembangunan fasilitas untuk produksi kapal selam.
Tidak hanya bengkelnya saja, tetapi juga harus dilengkapi dengan
teknologi yang nantinya mendukung produksi pembangunan kapal selam dan
juga untuk perbaikan dan pemeliharaan jangka panjangnya,” paparnya.
Firmansyah menambahkan bahwa kegiatan pembangunan fasilitas produksi
kapal selam mengalami keterlambatan dari jadual yang seharusnya. Karena
dana PMN senilai Rp 1,5 T yang telah disahkan, belum kunjung turun.
“Dana PMN Rp 1,5 T sudah masuk APBN 2015, tetapi sampai sekarang kami
belum menerimanya. Padahal dana tersebut akan digunakan untuk
pembangunan fasilitas kapal selam,” imbuhnya.
Mendengar hal
tersebut, Bambang menyatakan akan berupaya agar pencairan dana tersebut
melalui Kementerian Keuangan dapat segera dilaksanakan. “Anggaran
tersebut bukan untuk modal kerja, namun untuk menjalankan misi
pembangunan Alutsista (alat utama sistem pertahanan) berupa pembuatan
kapal selam. Karena itu, kami mendesak pemerintah agar segera
mencairkan,” jawab Alumnus Teknik Perkapalan ITS, Surabaya. Apabila dana
tersebut cair, percepatan pembangunan fasilitas dapat terlaksana. Dan
joint section hingga peluncuran kapal selam ke 3 dapat dilakukan di PT
PAL Indonesia (Persero).
Dalam kesempatan yang sama, Bambang
menanyakan bagaimana rencana PT PAL Indonesia (Persero) dalam menyambut
negara poros maritim. Karena menurutnya, ada ketimpangan jumlah galangan
kapal di Indonesia Timur yang dapat dijadikan peluang besar untuk
dimanfaatkan. “Kami sudah melihat peluang tersebut. Dan sudah
menandatangani MOU dengan Pertamina terkait rencana pengembangan usaha
ke Indonesia Timur, yakni di Sorong,” jawab Firman. PT PAL Indonesia
(Persero) berencana untuk membuka jasa pemeliharaan dan perbaikan
(harkan) kapal di Sorong, dengan menggunakan galangan milik Pertamina
disana.
Bambang Haryo beserta tim mengakhiri kunjungan dengan
melakukan peninjauan lapangan dan menaiki KRI Sampari yang merupakan 1
dari 3 jenis Kapal Cepat Rudal 60 meter yang telah diserahterimakan PT
PAL Indonesia (Persero). Kapal ini merupakan hasil inovasi putra putri
bangsa Indonesia. KRI Sampari 628, KRI Tombak 629, dan KRI Halasan 630
digunakan untuk patroli pengamanan wilayah NKRI oleh TNI AL.
|
|
No comments:
Post a Comment