Surabaya (MI) : Kepala Staf TNI Angkatan Laut Laksamana TNI Dr
Marsetio menegaskan bahwa pihaknya akan terus melakukan modernisasi
alutsista (alat utama sistem persenjataan) untuk menyiapkan Divisi 3
Korps Marinir.
"Kami akan terus berupaya memodernisasi alutsista Marinir dengan membangun kekuatan kesenjataan sesuai dengan target pemenuhan Minimum Essential Forces (MEF), termasuk untuk mengantisipasi pembentukan Divisi-3 Marinir," katanya di Surabaya, Senin.
Dalam sambutan pada peringatan HUT ke-69 Korps Marinir di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, orang nomor satu di jajaran TNI AL itu menegaskan bahwa Korps Marinir telah memiliki 54 unit tank amfibi BMP-3F pada akhir renstra tahap 1 tahun 2014.
Selain itu, kata KSAL, juga ada penambahan 15 kendaraan pendarat amfibi LVT-7 A1, dan rencana penambahan roket multi-laras. "Modernisasi alutsista Marinir akan terus berlanjut pada renstra tahap 2 (2015-2019)," katanya.
Menurut dia, penambahan itu juga untuk mengantisipasi pembentukan Divisi-3 Marinir yang akan dilakukan pada renstra tahap 2 (2015-2019). Pada akhir renstra 1 telah diresmikan batalyon baru yakni Yonif 10 Mar/SBY di Batam pada 10 November 2014.
"Itu untuk mengembalikan kejayaan Bangsa Indonesia lewat laut, sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang di dalamnya perlu peran konstruktif dari jajaran Korps Marinir," katanya.
Upacara HUT Korps Baret Ungu itu sesuai hari terbentuknya sejatinya dilaksanakan pada tanggal 15 November, namun dilaksanakan pada 17 November 2014 untuk menyesuaikan dengan agenda acara lain. Upacara yang bertema "Bersama Rakyat Membangun Negeri" itu melibatkan 5.054 prajurit Korps Marinir TNI AL.
Secara historis, kelahirannya bermula dari berdirinya sebuah Korps Ketentaraan yang diberi nama "Corps Mariniers" di Pangkalan IV ALRI Tegal pada 15 November 1945, lalu Corps Mariniers ditetapkan menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) pada 9 Oktober 1948 dan KKO AL secara resmi berubah nama menjadi Korps Marinir pada 15 November 1975 berdasarkan Surat Keputusan KSAL Nomor Skep/1831/XI/1975.
Seiring pengabdiannya, Korps Marinir senantiasa hadir dalam setiap palagan dengan mengibarkan bendera keberhasilan di setiap pelaksanaan operasi mulai dari Perang Kemerdekaan, Operasi RMS, operasi DI/TII, Operasi PRRI/Permesta, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, Operasi G30S PKI, pengamanan Kepulauan Natuna dan Ambalat, Operasi Reformasi, Operasi Pengamanan Ambon, Operasi Rencong Sakti di Aceh, operasi pengamanan pulau terluar Indonesia dan operasi pembebasan sandera perompak Somalia.
Selain melaksanakan tugas-tugas tempur, Korps Marinir juga aktif dalam Bakti TNI dan operasi bantu rakyat lainnya. Dalam rangka ikut serta menjaga ketertiban dunia, Korps Marinir terlibat aktif sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB sejak tahun 1960 hingga sekarang.
Selama 69 tahun pengabdian kepada negara dan bangsa, Korps Marinir telah kehilangan 838 prajurit terbaiknya yang gugur, tewas, dan hilang. Semua itu terukir rapi dalam Prasasti Sakti Jasawira Perkasa.
"Kami akan terus berupaya memodernisasi alutsista Marinir dengan membangun kekuatan kesenjataan sesuai dengan target pemenuhan Minimum Essential Forces (MEF), termasuk untuk mengantisipasi pembentukan Divisi-3 Marinir," katanya di Surabaya, Senin.
Dalam sambutan pada peringatan HUT ke-69 Korps Marinir di Bhumi Marinir Karangpilang, Surabaya, orang nomor satu di jajaran TNI AL itu menegaskan bahwa Korps Marinir telah memiliki 54 unit tank amfibi BMP-3F pada akhir renstra tahap 1 tahun 2014.
Selain itu, kata KSAL, juga ada penambahan 15 kendaraan pendarat amfibi LVT-7 A1, dan rencana penambahan roket multi-laras. "Modernisasi alutsista Marinir akan terus berlanjut pada renstra tahap 2 (2015-2019)," katanya.
Menurut dia, penambahan itu juga untuk mengantisipasi pembentukan Divisi-3 Marinir yang akan dilakukan pada renstra tahap 2 (2015-2019). Pada akhir renstra 1 telah diresmikan batalyon baru yakni Yonif 10 Mar/SBY di Batam pada 10 November 2014.
"Itu untuk mengembalikan kejayaan Bangsa Indonesia lewat laut, sekaligus mewujudkan Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia yang di dalamnya perlu peran konstruktif dari jajaran Korps Marinir," katanya.
Upacara HUT Korps Baret Ungu itu sesuai hari terbentuknya sejatinya dilaksanakan pada tanggal 15 November, namun dilaksanakan pada 17 November 2014 untuk menyesuaikan dengan agenda acara lain. Upacara yang bertema "Bersama Rakyat Membangun Negeri" itu melibatkan 5.054 prajurit Korps Marinir TNI AL.
Secara historis, kelahirannya bermula dari berdirinya sebuah Korps Ketentaraan yang diberi nama "Corps Mariniers" di Pangkalan IV ALRI Tegal pada 15 November 1945, lalu Corps Mariniers ditetapkan menjadi Korps Komando Angkatan Laut (KKO AL) pada 9 Oktober 1948 dan KKO AL secara resmi berubah nama menjadi Korps Marinir pada 15 November 1975 berdasarkan Surat Keputusan KSAL Nomor Skep/1831/XI/1975.
Seiring pengabdiannya, Korps Marinir senantiasa hadir dalam setiap palagan dengan mengibarkan bendera keberhasilan di setiap pelaksanaan operasi mulai dari Perang Kemerdekaan, Operasi RMS, operasi DI/TII, Operasi PRRI/Permesta, Operasi Dwikora, Operasi Seroja, Operasi G30S PKI, pengamanan Kepulauan Natuna dan Ambalat, Operasi Reformasi, Operasi Pengamanan Ambon, Operasi Rencong Sakti di Aceh, operasi pengamanan pulau terluar Indonesia dan operasi pembebasan sandera perompak Somalia.
Selain melaksanakan tugas-tugas tempur, Korps Marinir juga aktif dalam Bakti TNI dan operasi bantu rakyat lainnya. Dalam rangka ikut serta menjaga ketertiban dunia, Korps Marinir terlibat aktif sebagai pasukan penjaga perdamaian PBB sejak tahun 1960 hingga sekarang.
Selama 69 tahun pengabdian kepada negara dan bangsa, Korps Marinir telah kehilangan 838 prajurit terbaiknya yang gugur, tewas, dan hilang. Semua itu terukir rapi dalam Prasasti Sakti Jasawira Perkasa.
Sumber : ANTARA
No comments:
Post a Comment