PROGRAM PERCEPATAN PEMBANGUNAN PAPUA DAN PAPUA BARAT (P4B) POP I (RUAS JALAN SARMI-KASONAWEJA) DENZIPUR 10/KYD
Kodam17cenderawasih (MI) : Karfasia sebuah desa dengan
pemandangan yang sangat indah, Hutan alam yang masih asri, dan hamparan
pasir putih membentang luas dengan udara yang sangat sejuk, menjadikan
daerah ini memiliki potensi yang luar biasa. Karfasia terletak diantara
Ruas jalan Sarmi – Kasonaweja sekitar 40 km dari Kota Sarmi (300 km dari
ibukota Jayapura, Papua) merupakan salah satu daerah yang belum
tersentuh upaya pembangunan baik dari Pemerintah Daerah maupun
Pemerintah Pusat.
Tidak adanya infrastruktur jalan dan akses listrik dan telekomunikasi dengan sarana yang minim mengakibatkan desa yang berpenduduk sekitar 60 KK ini sangat tertinggal. Sebagian besar penduduk menggantungkan kebutuhan hidup mereka pada kemurahan alam. Hutan yang menyediakan kebutuhan mereka.
Tidak adanya infrastruktur jalan dan akses listrik dan telekomunikasi dengan sarana yang minim mengakibatkan desa yang berpenduduk sekitar 60 KK ini sangat tertinggal. Sebagian besar penduduk menggantungkan kebutuhan hidup mereka pada kemurahan alam. Hutan yang menyediakan kebutuhan mereka.
Sagu
sebagai makanan pokok penduduk tumbuh subur di hampir semua wilayah
ini. Selain itu, protein yang dibutuhkan penduduk disediakan alam dengan
banyaknya hewan liar di dalam hutan untuk diburu. Sungguh suatu hal
yang ironis dijaman seperti sekarang disaat daerah lain sudah sangat
maju, anak anak sudah menggunakan tekhnologi modern dengan gadget mereka
yang canggih, tetapi di daerah terpencil diujung timur Indonesia,
masih ada penduduk yang masih sangat membutuhkan perhatian yang lebih
dari pemerintah.
Karfasia adalah satu dari sekian banyak
daerah terpencil di Papua yang membutuhkan perhatian Pemerintah. Atas
dasar tersebut, Pemerintah Republik Indonesia melaksanakan program
Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat ( P4B) sesuai dengan
Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2013 tentang Pembangunan Jalan Dalam
Rangka Percepatan Pembangunan di Propinsi Papua dan Papua Barat dimana
kegiatan program tersebut berupa pembangunan infrastruktur jalan yang
menghubungkan beberapa wilayah di Propinsi Papua sehingga nantinya dapat
menunjang mobilisasi logistik dan persebaran penduduk di wilayah
terpencil.
Harapan besar muncul agar kondisi
perekonomian di wilayah sasaran P4B lebih baik dan berdampak pada
keadaan masyarakat khususnya menyangkut pemenuhan kebutuhan dibidang
peningkatan kesejahteraan, langkah-langkah terpadu pada lintas sektoral
untuk memaksimalkan upaya pengentasan kemiskinan di pedesaan dan daerah-
daerah terpencil sehingga kondisi infrastruktur jalan yang menjadi
lebih baik guna mendukung persebaran penduduk secara merata di beberapa
wilayah Papua.
Program Percepatan Pembangunan Papua dan Papua Barat (P4B)
Pimpinan Operasi Pelaksana I (POP I)
Pembagian wilayah tugas POP I |
Pelaksanaan Program P4B yang dilaksanakan oleh POP I adalah di wilayah
Kasonaweja – Sarmi, SP3 Gesa – Barapasi, Dawai – Waindu, Rosbori –
Saubeba, Rosbori – Poom, dengan satuan pelaksana Batalyon Zeni Tempur
4/TK dan Detasemen Zeni Tempur 10/KYD dibantu Marinir. Satgas ini
dipimpin oleh Letkol Czi Tommy Arief Susanto yang juga merupakan
Danyonzipur 4/TK dibantu oleh Mayor Czi Rielman Yudha (Dandenzipur
10/KYD). Tujuan dari dilaksanakannya program Percepatan Pembangunan
Propinsi Papua dan Papua Barat ini adalah terbangunnya infrastruktur
dasar pembangunan terutama yang membuka keterisolasian wilayah melalui
peningkatan aksesibilitas transformasi dan informasi serta layanan dasar
di kawasan terisolir masing masing daerah tersebut.
Laklap 4 ( ruas jalan Sarmi-Kasonaweja) Denzipur 10/KYD
Mobilisasi yang menegangkan.
Pada awal tahun 2014,. Detasemen Zeni Tempur 10/KYD mendapatkan
kehormatan melaksanakan pekerjaan di Laklap 4 (POP I) yaitu Ruas jalan
Sarmi-Kasonaweja sepanjang 11 Km, dari total 95 km yang direncanakan.
Sejumlah personel Denzipur 10 dan material proyek melaksanakan
mobilisasi menuju Sarmi. Sepanjang perjalanan akses jalan dan jembatan
menuju lokasi rusak dengan medan yang cukup menantang.
Jarak yang harus
ditempuh dari kota Jayapura ke Sarmi sejauh 300 km ditempuh selama 12
jam perjalanan darat yang harus melintasi 315 jembatan permanen dan semi
permanen dengan berbagai kondisi. Beberapa kali, kendaraan berat dan
mobil Denzipur 10/KYD harus jatuh karena kondisi jembatan yang sangat
tua dan rusak. Bahkan dierbagai titik jembatan sudah tidak bisa
digunakan lagi karena rusak, sehingga mobil dan alat berat harus
melewati muara disepanjang pantai. Medan yang berat tidak sedikitpun
mengecilkan nyali prajurit Denzipur 10/KYD untuk terus maju dan berkarya
mengemban tugas bangsa demi bangsa dan negara.
Acara adat yang dilaksanakan tim P4B bersama masyarakat |
Sesampai dilokasi, para prajurit Denzipur 10/KYD merasa terharu karena masyarakat sangat ramah menyambut kedatangan tim P4B. Harapan besar terhadap Bapak TNI untuk membawa perubahan daerah menjadi lebih baik dan sejahtera muncul. Ibarat pepatah jalan adalah urat nadi, maka ketersediaan fasilitas ini mutlak diperlukan untuk menggerakkan roda perekonomian yang selama ini tidak berjalan. Apabila jalan bagus maka ekonomi masyarakat dipedesaan dapat bertumbuh dan berdampak pada peningkatan kualitas hidup. Ada 3 desa yang dekat dengan lokasi sasaran P4B yaitu desa Waim, Karfasia dan Masep.
Masyarakat masing masing desa mengharapkan, agar pekerjaan ini dapat
cepat terselesaikan. Masyarakat menyatakan siap membantu apabila
dibutuhkan. Sebagai langkah awal dilaksanakan acara adat untuk
menghormati leluhur dan agar seluruh pekerjaan dapat berjalan dengan
aman dan lancar tanpa hambatan sesuai dengan kebudayaan yang diyakini
oleh masyarakat sekitar.
Membuka hutan , membuat Jalan harapan.
Membuka jalan baru dengan membuka hutan yang baru. Sebenarnya hal
tersebut tidak asing bagi personel Denzipur 10/KYD karena pengalaman di
wilayah Papua dengan berbagai hambatannya dan juga personel Denzipur
10/KYD sudah terlatih dengan membuka jalan di wilayah Republik
Demokratik Kongo pada satgas Garuda XX-H tahun 2011-2012 yang lalu.
Berbagai hambatan seperti cuaca ekstrem , hujan yang tidak bisa
diprediksi, serangan malaria, dan gigitan serangga seperti lebah dan
agas, tetap tidak meruntuhkan mental para prajurit dilapangan.
Semangat
masyarakat di desa Waim-Karfasia dan Masep untuk bertahan ditengah
hutan dengan sarana minim menggugah para prajurit Denzipur 10/KYD untuk
terus bekerja. Selama ini masyarakat Karfasia, kesulitan untuk akses
menuju kota Sarmi. Puluhan anak anak di Karfasia pun harus rela tidak
mendapatkan pendidikan dan kesehatan yang layak karena tidak adanya
tenaga pengajar serta pelayanan kesehatan yang ala kadarnya.
Senyum Teritorial Bapak TNI
Tidak cukup sampai disitu, para prajurit Denzipur 10/KYD ingin terus
berkiprah, ingin terus memberikan sumbangsih kepada masyarakat. Karena
TNI adalah milik rakyat. Kedatangan kami bukan tanpa maksud, tetapi
menjawab semua harapan yang diberikan di pundak kami. Geliat ekonomi di
Waim-Karfasia- Masep sudah mulai bergairah. Prajurit Denzipur 10/KYD
membantu warga sekitar yang membutuhkan tanpa pamrih. Masyarakat sangat
berterimakasih kepada para prajurit karena kehadirannya memberikan arti
yang kuat bagi masyarakat.
Ibu2 dr kampung menjual hasil bumi ke pasar dibantu prajurit Denzipur 10/KYD |
Masyarakat Karfasia sekarang memiliki harapan. Harapan untuk mendapatkan
sesuatu yang lebih baik. Harapan untuk bercita cita. Dahulu, ketika
senja menjelang masyarakat belum tahu besok harus makan apa. Besok akan
berbuat apa. Tetapi harapan setelah senja di karfasia sekarang menjadi lebih bermakna.
Sumber : Kodam17cenderawasih
No comments:
Post a Comment