Pontianak (MI) : Indonesia akan
memperingati hari kemerdekaan yang ke-69. Namun bagi masyarakat yang
tinggal di perbatasan dan pedalaman Kalimantan Barat dengan Sarawak,
Malaysia belum merasakan benar arti pembangunan di perbatasan.
Hal itu dikatakan Martinus (48) seorang warga Kecamatan Badau
Kabupaten Kapuashulu yang berbatasan dengan Lubok Antu Sarawak Malaysia
kepada SP saat berada di Pontianak Jumat (15/8).
Ia mengatakan, tahun ini Indonesia merayakan HUT kemerdekaan yang
ke-69. Sebagian besar masyarakat Indonesia sangat merasakan makna dari
kemerdekaan dengan menikmati hasil pembangunan di daerahnya.
Namun lain halnya dengan di daerah pedalaman atau di wilayah
perbatasan Indonesia dengan Sarawak Malaysia di wilayah Kalbar. Di mana
kondisinya sangat jauh tertinggal jika dibandingkan dengan wilayah
Sarawak, Malaysia yang juga berada di daerah perbatasan.
Pembangunan di wilayah perbatasan di daerah Kalbar masih sangat minim
dan terkesan kurang diperhatikan pemerintah. Bahkan ada daerah yang
belum memiliki jalan akses ke daerah ibu kota kecamatan bahkan ibu kota
kabupaten.
Sementara jalan menuju daerah Sarawak, Malaysia tersedia dan dapat
dilalui dengan baik. Namun jalan itu masih tergolong jalan tidak resmi
karena jalan menuju daerah Sarawak itu biasa disebut dengan “Jalur
tikus”.
Kondisi seperti ini sangat memprihatinkan, sebab di beberapa daerah
jalan sudah terbangun dengan baik. Sementara di daerah perbatasan dan
pedalaman Kalbar jalannya masih sangat minim.
Demikian juga dengan kondisi imfrasturktur yang dibutuhkan masyarakat
di daerah perbatasan. Seperti jalan, jembatan, air minum, penerangan
dan pendidikan serta kesehatan semuanya sangat minim.
Hingga sekarang ini masih ada desa atau daerah yang belum dialiri
oleh listrik. Jadi untuk penerangan masih dengan kemampuan sendiri
artinya bagi masyarakat yang mampu, penerangannya dengan menggunakan genset namun bagi yang tidak mampu menggunakan penerangan lampu petromak.
Kondisi seperti ini dikhawatirkan akan merubah cara pandang
masyarakat perbatasan, sehingga warga akan cenderung berhubungan dengan
Indonesia dan tidak lagi dengan Sarawak.
Di tempat terpisah Asuan (55) salah seorang warga Etnis Tionghoa yang
tinggal di pinggiran Sungai Kapuas kepada SP mengatakan, pihaknya tidak
mengetahui secara persis makna dari HUT Kemerdekaan RI. Namun yang
pasti adalah sekarang ini sudah lebih baik dari tahun yang lalu.
Ia mengatakan, beberapa tahun yang lalu, warga Tionghoa sangat sulit
untuk melakukan sesuatu khususnya untuk ikut dalam berbagai hal di
pemerintahan. Namun beberapa tahun terakhir ini semua sudah sama sebab
warga Tionghoa sudah ada yang menjadi Wakil Gubernur dan juga anggota
DPRD.
Seperti diketahui yaitu, Wakil Gubernur Kalbar Cristiandy Sanjaya adalah dari etnis Tionghoa.
Sumber : Beritasatu
No comments:
Post a Comment