Jakarta (MI) : Pemerintah Indonesia tengah meninjau kemungkinan pembelian tujuh fregat Tipe 053H bekas Angkatan Laut China (PLAN) sebagai bagian dari program modernisasi armada TNI Angkatan Laut.
Dilansir dari defencesecurityasia.com (24/10), Kementerian Pertahanan menyebutkan bahwa rencana ini masih berada pada tahap evaluasi internal dan belum ada keputusan final maupun jadwal pengiriman. Meski begitu, langkah ini menarik perhatian karena dianggap mencerminkan strategi pragmatis Indonesia dalam memperkuat kekuatan maritim nasional.
Fregat Tipe 053H merupakan kapal buatan China pada era 1970–1980-an dengan bobot sekitar 2.000 ton. Kapal ini dilengkapi rudal anti-kapal dan sistem pertahanan udara dasar. Jika jadi diakuisisi, kapal-kapal tersebut direncanakan untuk mendukung misi patroli dan pelatihan, bukan untuk pertempuran utama.
Namun, integrasi kapal bekas China ke dalam armada TNI AL yang beragam — terdiri dari kapal asal Inggris, Belanda, Turki, hingga Italia — tentu akan membutuhkan adaptasi besar, mulai dari sistem logistik hingga pelatihan awak dan perawatan teknis.
Rencana ini muncul di tengah semakin eratnya hubungan pertahanan antara Indonesia dan China. Sebelumnya, Indonesia juga dilaporkan menyetujui pembelian 42 jet tempur Chengdu J-10B senilai lebih dari US$9 miliar, lengkap dengan paket pelatihan dan dukungan teknologi. Selain itu, berbagai sistem senjata dan radar buatan China juga sudah diimpor ke Indonesia.
Pengamat menilai, jika pembelian fregat ini terealisasi, langkah tersebut bisa menjadi solusi sementara untuk memperkuat patroli laut Indonesia tanpa menunda proyek kapal perang modern seperti fregat PPA buatan Italia dan fregat kelas ISTIF hasil kerja sama dengan Turki.
Meski begitu, keputusan ini tetap memiliki risiko strategis. Indonesia perlu menjaga keseimbangan hubungan dengan mitra-mitra Barat seperti Amerika Serikat, Jepang, dan Australia, di tengah semakin intensnya persaingan geopolitik di kawasan Indo-Pasifik.
Secara keseluruhan, evaluasi fregat Tipe 053H mencerminkan upaya Indonesia mempercepat pembangunan kekuatan maritim di bawah doktrin Minimum Essential Force (MEF). Di tengah meningkatnya tensi di Laut China Selatan, langkah ini menunjukkan tekad Jakarta untuk memperkuat armada laut secara cepat, efisien, dan tetap menjaga kemandirian pertahanan nasional.
.jpg)
No comments:
Post a Comment