Bandung (MI) : Direktur Utama PT Pindad Silmy
Karim mengatakan, Pindah akan mengalokasikan Penyertaan Modal Negara
(PMN) untuk moderenisasi peralatan dan menambah kapasitas produksi.
"Kita fokuskan untuk divisi senjata dan penambahan (kapasitas produksi)
amunisi," kata dia saat enerima kunjungan Komandan Jenderal Komando
Pasukan Khusus, Mayjen TNI Doni Monardo di Bandung, Kamis, 29 Januari
2015.
Menurut dia, dana yang dibutuhkan untuk kebutuhan tersebut Rp 4,9 triliun. Pemerintah berencana memberikan Rp 700 miliar tahun ini. "Kapasitas produksi bisa ditingkatkan sampai 30 persen hingga 40 persen," kata dia.
Dia mencontohkan, kebutuhan tiap prajurit untuk latihan membutuhkan 1.500 butir peluru. Dengan jumlah prajurit Indonesia berkisar 450 ribu orang, maka kebutuhan peluru sebanyak 700 juta butir. "Saat ini permintaan satu tahun sektiar 150 juta butir dari Kementerian Pertahanan," kata Silmy.
Menurut dia, dana yang dibutuhkan untuk kebutuhan tersebut Rp 4,9 triliun. Pemerintah berencana memberikan Rp 700 miliar tahun ini. "Kapasitas produksi bisa ditingkatkan sampai 30 persen hingga 40 persen," kata dia.
Dia mencontohkan, kebutuhan tiap prajurit untuk latihan membutuhkan 1.500 butir peluru. Dengan jumlah prajurit Indonesia berkisar 450 ribu orang, maka kebutuhan peluru sebanyak 700 juta butir. "Saat ini permintaan satu tahun sektiar 150 juta butir dari Kementerian Pertahanan," kata Silmy.
Pindad juga berencana menggunakan dana itu menjadi modal untuk
moderenisasi peralatannya untuk mengantisipasi peluang ekspor produk
alutsistanya. Dalam waktu dekat, kata Silmy, Pindad akan menjalin
kerjasama dengan salah satu perusahaan industri pertahanan di luar
negeri untuk pemesanan amunisi.
Menurut dia, pasar ekspor juga sudah terbuka untuk kendaraan taktis militer. Pindad tengah menjajaki kerjasama dengan salah satu produsen kendaraan taktis militer 4x4 di luar negeri. "Mereka melihat Indonesia dalam hal ini Pindad, fasilitasnya cukup baik, sehingga akan mengalihkan produksi 4x4 kendaraan taktisnya ke Indonesia, ini semua untuk pasar ekspor," kata dia.
Silymi mengatakan, kendaraan taktis militer Anoa IV produksi Pindad juga sudah menyasar pasar ekspor. Saat ini sudah 44 unit Anoa IV yang digunakan dalam misi perdamaian PBB. "Ada pesanan dalam penjajakan sekitar 40 unit lagi untuk UN (United Nation) di Afrika," kata dia.
Saat ini baru 5 persen produksi Pindad untuk pasar luar negeri. Dalam lima tahun seiring dengan penambahan kapasitas dan kerjasama yang kita kerjakan, bisa mencapai 20 persen sampai 25 persen. "Kita tidak mau hanya jago kandang, tapi juga harus bisa di luar negeri," kata Silmy.
Dalam pertemuan itu, Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus, Mayjen TNI Doni Monardo mengatakan, komitmen satuannya untuk menggunakan senjata produksi Pindad. "Untuk senjata standar Kopasus 100 persen buatan Pindad, " kata dia.
Menurut dia, dalam kurun waktu tujuh tahun terakhir, tim penembak Kopasus selalu menjadi juara umum ASEAN Armies Rifle Meet (AARM) dengan menggunakan senjata produksi Pindad. "Kami berharap semakin banyak jenis senjata PIndad yang bisa kami jadikan senjata andalan untuk mengikuti berbagai jenis kejuaran internasional," kata Doni.
Sumber : TEMPO
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeletejaman pak/SBY PT.PAL dituntut membuat kapal selam changbogo ke 2,3..dst sampe sepuluh harapannya. dana tambahan modal yg diminta Rp. 1.5T, sekarang PINDAD direkturnya diganti terus dituntut bikin tank ama tambah produksi peluru, mintanya Rp.4.7T, emangnya bikin kapal selam ama peluru susahan mana cing?
ReplyDelete