Jakarta (MI) : Pertahanan dan Ekonomi adalah sejajar, karena pertahanan yang kuat
mendorong pertumbuhan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi menjamin kemampuan
pertahanan. Dan dua hal tersebut dihubungkan oleh satu hal yaitu
industri pertahanan. Dengan kembali bangkitnya industri pertahanan
Indonesia, maka kontribusinya terhadap ekonomi nasional pun meningkat.
Bangkitnya industri pertahanan memberikan dua keuntungan yaitu memenuhi
kebutuhan Alutsista TNI dan Polri, serta membangkitkan komponen-komponen
pendukung industri pertahanan yang banyak menyerap tenaga kerja.
Demikian dikatakan Wakil Menteri
Pertahanan Sjafrie Sjamsoeddin, Kamis (2/10), saat menjadi pembicara
dalam Seminar Nasional PPRA LI Lemhannas RI tahun 2014 di Gedung
Dwiwarna Lemhannas RI, Jakarta, yang bertemakan “Transformasi Demokrasi
Ekonomi dan Sosial Budaya, Guna Pembangunan Keunggulan Kompetitif
Perekonomian Dalam Rangka Ketahanan Nasional”.
Wamenhan memberikan beberapa catatan
strategis yang dapat ditambahkan dalam naskah akademis yang akan
dihasilkan dari seminar nasional ini. Menurut Wamenhan, ada empat
parameter dalam membangun negara yang kuat yaitu ditopang oleh politik
nasional yang bermartabat, memiliki kekuatan ekonomi nasional yang mampu
menjangkau kebutuhan rakyat, mempunyai pertahanan negara yang tangguh
dan unggul untuk mendukung kedaulatan, keselamatan, dan keutuhan
wilayah. Serta menjaga soliditas bangsa yang plural ini dapat senantiasa
menyatu dalam Bhineka Tunggal Ika. Empat parameter ini harus dipegang
teguh oleh para pemangku kebijakan di negeri ini.
Dalam membangun negara yang kuat
tersebut, Wamenhan memberikan beberapa catatan tambahan di bidang
pertahanan bagi naskah akademis seminar ini. Pertama adalah MP3EI
(Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia) yang
sinergitasnya perlu ditingkatkan di antara Pemerintah Daerah dan
Kementerian/Lembaga Negara sebagai faktor yang memperngaruhi akselerasi
pencapaian MP3EI.
Selanjutnya yang berkaitan dengan klaim
teritorial Tiongkok, bagi Indonesia, sengketa Laut China Selatan
bukanlah suatu ancaman. Hal ini dikarenakan hubungan bilateral kedua
negara yang telah cukup jauh mengakar. Namun Indonesia diharapkan mampu
berperan dalam penyelesaian sengketa Laut China Selatan secara
multilateral sebagai anggota Asean. Indonesia menginginkan kawasan
sekitar Laut China Selatan ini damai dan stabil, sengketa wilayah di
Laut China Selatan harus dilihat tidak hanya diatasi secara hard power tetapi juga secara soft power. Indonesia harus dapat memberikan kontribusi sebagai anggota Asean agar code of conduct yang dilaksanakan oleh negara-negara anggota Asean dapat dipahami oleh pihak Tiongkok sehingga dapat dijadikan declaration of conduct.
Indonesia selalu mendorong negara-negara yang bersengketa di wilayah
Laut China Selatan untuk menghindari penggunaan kekuatan militer.
Mengenai posisi geografis Indonesia yang
strategis dan khususnya istilah poros maritim, wamenhan mengatakan
bahwa poros maritim memiliki dua interpretasi. Pertama yang mengarahkan
kepada manfaat sebesar-besarnya maritim bagi perekonomian nasional.
Namun di lain sisi, poros maritim hendaknya tidak diartikan sebagai
suatu strategi pertahanan karena di dalamnya tidak dikenal poros matra
melainkan trimatra terpadu yaitu darat, laut dan udara.
Dari aspek demografi, terdapat satu hal
yang tidak boleh terlupakan yaitu hak dan kewajiban bela negara bagi
seluruh rakyat. Pertahanan dan keamanan adalah hak dan kewajiban seluruh
warga negara. Karena itu dalam sistem pertahanan Indonesia dikenal
pertahanan militer dengan komponen utamanya TNI dan nirmiliter dengan
komponen cadangan dan komponen pendukung. Strategi pertahanan saat ini
diharapkan mampu menghadapi landscape ancaman yang membutuhkan
intelektualitas SDM. Pertahanan nirmiliter harus senantiasa
ditingkatkan, dalam hal ini bela negara dan industri pertahanan.
Indonesia adalah negara pertama di Asia yang memiliki Undang-Undang
Industri Pertahanan. Dan sesuai dengan amanat Pembukaan UUD, diharapkan
Indonesia lebih mampu berperan dalam mewujudkan perdamaian dunia.
Sumber : DMC Kemhan
No comments:
Post a Comment