JAKARTA (MI) : Wanita
TNI Angkatan Udara (Wara) diberikan kesempatan yang sama dengan
prajurit pria di organisasi TNI Angkatan Udara (AU). Bahkan, saat ini
TNI AU memprogramkan adanya penerbang tempur wanita.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengungkapkan, pihaknya tak akan mengistimewakan prajurit wanita atau Wara dalam penugasan.
“Kami tak akan memberikan ruang dan kedudukan istimewa bagi Wara dan tidak membedakan hak serta kewajibannya dengan prajurit pria,” kata Putu Dunia saat menjadi inspektur upacara peringatan ke-51 hari ulang tahun Wara di Jakarta, Rabu (20/8/2014).
KSAU mengingatkan agar Wara mampu menjaga sinergi antara hak dan kewajiban dalam konteks emansipasi. Sebab, hal ini akan menepis kesan bahwa emansipasi sekadar tuntutan hak tanpa diimbangi pemenuhan kewajiban.
Tuntutan akan emansipasi, jelas KSAU, hendaknya disikapi dengan bijaksana karena jika gender ditinjau dari sisi keprajuritan, maka setiap personil Wara harus menjunjung tinggi Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.
“Keduanya merupakan landasan moral dan etika dalam menjalankan tugas pengabdian prajurit,” kata dia.
Sebagai salah satu persamaan gender, TNI AU juga akan merekrut penerbang tempur wanita. Sejak 2013 TNI AU sudah menerima calon prajurit wanita (taruni) di Akademi Angkatan Udara (AAU) yang lulusannya nanti diharapkan bisa menjadi penerbang tempur.
Penerimaan taruni ini akan terus dilakukan tiap tahun. “Lulusan pertama akan diwisuda pada 2017 dan diharapkan ada yang sudah bisa menjadi penerbang pesawat tempur,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto.
Taruni yang saat ini sedang mendapat pendidikan di AAU diharapkan akan menjadi pimpinan TNI AU di masa mendatang. Sejauh ini TNI AU sudah merekrut Wara sebanyak 1.618 personil sejak pertama kali merekrut pada 1963. Pada usianya yang ke-51 tahun Wara sudah dipercaya menduduki jabatan-jabatan strategis di TNI AU.
Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Ida Bagus Putu Dunia mengungkapkan, pihaknya tak akan mengistimewakan prajurit wanita atau Wara dalam penugasan.
“Kami tak akan memberikan ruang dan kedudukan istimewa bagi Wara dan tidak membedakan hak serta kewajibannya dengan prajurit pria,” kata Putu Dunia saat menjadi inspektur upacara peringatan ke-51 hari ulang tahun Wara di Jakarta, Rabu (20/8/2014).
KSAU mengingatkan agar Wara mampu menjaga sinergi antara hak dan kewajiban dalam konteks emansipasi. Sebab, hal ini akan menepis kesan bahwa emansipasi sekadar tuntutan hak tanpa diimbangi pemenuhan kewajiban.
Tuntutan akan emansipasi, jelas KSAU, hendaknya disikapi dengan bijaksana karena jika gender ditinjau dari sisi keprajuritan, maka setiap personil Wara harus menjunjung tinggi Sumpah Prajurit dan Sapta Marga.
“Keduanya merupakan landasan moral dan etika dalam menjalankan tugas pengabdian prajurit,” kata dia.
Sebagai salah satu persamaan gender, TNI AU juga akan merekrut penerbang tempur wanita. Sejak 2013 TNI AU sudah menerima calon prajurit wanita (taruni) di Akademi Angkatan Udara (AAU) yang lulusannya nanti diharapkan bisa menjadi penerbang tempur.
Penerimaan taruni ini akan terus dilakukan tiap tahun. “Lulusan pertama akan diwisuda pada 2017 dan diharapkan ada yang sudah bisa menjadi penerbang pesawat tempur,” kata Kepala Dinas Penerangan TNI AU Marsekal Pertama TNI Hadi Tjahjanto.
Taruni yang saat ini sedang mendapat pendidikan di AAU diharapkan akan menjadi pimpinan TNI AU di masa mendatang. Sejauh ini TNI AU sudah merekrut Wara sebanyak 1.618 personil sejak pertama kali merekrut pada 1963. Pada usianya yang ke-51 tahun Wara sudah dipercaya menduduki jabatan-jabatan strategis di TNI AU.
Sumber : Sindonews
No comments:
Post a Comment