Jakarta (MI) : Dalam melakukan upaya pengamanan laut, TNI
AL mengakui masih banyak menemui hambatan, terutamadalam hal penyediaan
bahan bakar minyak (BBM). Bahan bakar amat dibutuhkan dalam
mengoperasikan sekian banyak kapal patroli KRI (Kapal Perang Republik
Indonesia) yang sudah dimiliki.
“Pertama, pasti kurangnya bahan bakar. Kedua, tentu untuk
mempertahankan kesiapan alutsista (alat utama sistem persenjataan). Itu
yang sangat menonjol, kendala kita,” kata Kepala Dinas Penerangan
Angkatan Laut, Laksma Manahan Simorangkir, Selasa (25/11).
Untuk pengamanan teritorial batas laut, dijelaskannya, TNI AL saat
ini mengoperasikan sedikitnya 60 - 70 KRI, yang disebar di tiga alur
laut kepulauan Indonesia (ALKI).
Dalam menjalankan tugasnya, kapal-kapal patroli tersebut sudah
melaksanakan konsep operasi pengamanan ALKI, perbatasan, dan
operasi-operasi yang dilaksanakan karena tugas-tugas TNI AL sendiri.
Dengan luas lautan yang dimiliki Indonesia, idealnya TNI dapat
mengoperasikan 300 - 400 KRI. Jumlah ini jauh lebih besar dari jumlah
yang saat ini dimiliki, yaitu baru 156 buah.
“Dengan menghitung luas laut yang harus diawasi, dibandingan dengan
jumlah kapal, kecepatan kapal dan daya deteksi, idealnya dioperasikan
segitu (300-400 kapal),” ungkap Manahan.
Namun demikian, TNI AL kini juga sudah mampu mengeliminir kekurangan ketersediaan kapal patroli.
Caranya, dengan meningkatkan kapabilitas seluruh kapal patroli yang dioperasikan untuk membantu mengurangi upaya-upaya illegal fishing.
Sumber : Beritasatu
No comments:
Post a Comment