Seorang warga menarik sampan yang berisi mayat pria yang tewas akibat konflik di Semporna, Sabah.
Sabah (MI) : Tentara keamanan Malaysia mengatakan mereka berhasil menewaskan 13 tentara Kesultanan Sulu, Filipina, setelah mereka memperluas perburuan terhadap para penyusup itu sejak Rabu kemarin.
Sehari sebelumnya, pihak tentara keamanan Malaysia mengerahkan kekuatan militer yang lebih kuat dengan menggunakan pesawat jet tempur, mortir, dan menurunkan ratusan tentara tambahan.
Selama konflik Sabah ini, menurut Menteri Pertahanan Malaysia, Zahid Hamidi, telah jatuh korban jiwa sebanyak 40 orang. Dia mengklaim, tujuh tentara Malaysia turut tewas dalam serangan baku tembak yang terjadi pada Jumat minggu lalu.
Sementara dalam serangan yang terjadi pada Selasa kemarin, Malaysia mengklaim tidak ada korban jiwa baru yang jatuh di pihaknya.
"Total korban baru dari pihak Sulu ada 13 orang, dan kemungkinan masih akan bertambah," ujarnya di hadapan para pewarta berita di media center yang berlokasi di Felda Sahabat, Kamis 7 Maret 2013.
Dalam kesempatan itu, Zahid juga menunjukkan beberapa foto tentara kesultanan Sulu yang ditemukan tewas oleh pihak keamanan Malaysia.
Sehari sebelumnya, pihak tentara keamanan Malaysia mengerahkan kekuatan militer yang lebih kuat dengan menggunakan pesawat jet tempur, mortir, dan menurunkan ratusan tentara tambahan.
Selama konflik Sabah ini, menurut Menteri Pertahanan Malaysia, Zahid Hamidi, telah jatuh korban jiwa sebanyak 40 orang. Dia mengklaim, tujuh tentara Malaysia turut tewas dalam serangan baku tembak yang terjadi pada Jumat minggu lalu.
Sementara dalam serangan yang terjadi pada Selasa kemarin, Malaysia mengklaim tidak ada korban jiwa baru yang jatuh di pihaknya.
"Total korban baru dari pihak Sulu ada 13 orang, dan kemungkinan masih akan bertambah," ujarnya di hadapan para pewarta berita di media center yang berlokasi di Felda Sahabat, Kamis 7 Maret 2013.
Dalam kesempatan itu, Zahid juga menunjukkan beberapa foto tentara kesultanan Sulu yang ditemukan tewas oleh pihak keamanan Malaysia.
Kepolisian Malaysia juga memperingatkan penduduk yang bermukim di sana untuk selalu meningkatkan kewaspadaan terhadap tentara yang kabur ke area perkebunan. Sebab, menurut polisi Malaysia, bisa saja tentara penyusup itu menyamar sebagai petani untuk bersembunyi.
"Proses penyisiraan dan pencarian akan mencakup area yang lebih luas memastikan kemungkinan penyusup berpindah ke tempat lain," ujar Inspektur Jenderal Polisi, Ismail Omar, seperti dikutip Reuters, Rabu 6 Maret 2013.
Masih menurut Ismail, pihak keamanan akan terus melacak posisi mereka dan mengambil tindakan yang sesuai.
Sementara itu, pihak Kesultanan Sulu mengatakan, kelompok tentara mereka yang masih bertahan di sana sengaja memisahkan diri supaya tidak mudah dilacak oleh pihak keamanan Malaysia.
Juru Bicara Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani mengatakan kepada Reuters, bahwa korban jiwa yang jatuh dari mereka berjumlah 10 orang. "10 orang lainnya tertangkap dan empat tentara terluka," papar Idjirani.
Menurut Idjirani, rekan-rekannya yang saat ini masih ada di Sabah tidak akan mundur dan kembali ke Filipina. "Mereka tidak akan kembali dan lebih memilih mati jika sudah tersudut," katanya.
Pihak Kesultanan Sulu pun mengaku telah mengirimkan tentara tambahan untuk menambah jumlah pasukan yang sudah lebih dulu ada di sana. Mereka menyeberangi beberapa negara ASEAN selama berjam-jam menggunakan kapal cepat.
Akibat konflik sengketa lahan yang tidak kunjung reda ini, banyak yang meragukan keamanan Malaysia jelang pemilihan umum Juni nanti. Selain itu konflik ini juga berpengaruh terhadap industri kelapa sawit di daerah Sabah.
Konflik yang berlarut-larut di area itu dikhawatirkan dapat menurunkan pertumbuhan jumlah investor yang berminat terhadap proyek infrastruktur dan energi, walaupun daerah konflik terletak jauh dari lokasi perkebunan.
"Proses penyisiraan dan pencarian akan mencakup area yang lebih luas memastikan kemungkinan penyusup berpindah ke tempat lain," ujar Inspektur Jenderal Polisi, Ismail Omar, seperti dikutip Reuters, Rabu 6 Maret 2013.
Masih menurut Ismail, pihak keamanan akan terus melacak posisi mereka dan mengambil tindakan yang sesuai.
Sementara itu, pihak Kesultanan Sulu mengatakan, kelompok tentara mereka yang masih bertahan di sana sengaja memisahkan diri supaya tidak mudah dilacak oleh pihak keamanan Malaysia.
Juru Bicara Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani mengatakan kepada Reuters, bahwa korban jiwa yang jatuh dari mereka berjumlah 10 orang. "10 orang lainnya tertangkap dan empat tentara terluka," papar Idjirani.
Menurut Idjirani, rekan-rekannya yang saat ini masih ada di Sabah tidak akan mundur dan kembali ke Filipina. "Mereka tidak akan kembali dan lebih memilih mati jika sudah tersudut," katanya.
Pihak Kesultanan Sulu pun mengaku telah mengirimkan tentara tambahan untuk menambah jumlah pasukan yang sudah lebih dulu ada di sana. Mereka menyeberangi beberapa negara ASEAN selama berjam-jam menggunakan kapal cepat.
Akibat konflik sengketa lahan yang tidak kunjung reda ini, banyak yang meragukan keamanan Malaysia jelang pemilihan umum Juni nanti. Selain itu konflik ini juga berpengaruh terhadap industri kelapa sawit di daerah Sabah.
Konflik yang berlarut-larut di area itu dikhawatirkan dapat menurunkan pertumbuhan jumlah investor yang berminat terhadap proyek infrastruktur dan energi, walaupun daerah konflik terletak jauh dari lokasi perkebunan.
Penggunaan Jet Tempur Malaysia Dinilai Berlebihan
Beberapa pengamat hukum internasional menilai tindakan Malaysia yang menggunakan pesawat jet tempur ketika menghadapi pasukan Kesultanan Sulu sebagai tindakan yang berlebihan. Bahkan, hal itu dapat dianggap pelanggaran terhadap hak asasi manusia.
Demikian pernyataan seorang profesor hukum dari Universitas Filipina, Harry Roque, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Aljazeera yang disiarkan Rabu, kemarin.
"Tindakan mereka itu adalah pelanggaran terhadap HAM, karena menurut saya, itu sama sekali tidak proporsional dan tidak diperlukan," ungkap Roque seperti dikutip dari laman Aljazeera, 6 Maret 2013.
Akibat pengerahan pesawat jet tempur tersebut, Malaysia harus mematuhi hukum humaniter internasional yang mewajibkan tentara mereka hanya menyerang tentara Kesultanan Sulu, bukan menyerang warga sipil.
Hingga hari ini, tentara keamanan Malaysia terus melakukan operasi militer mereka dengan mengerahkan pesawat jet tempur untuk menangkap tentara Kesultanan Sulu.The Star Online melansir, beberapa pesawat tempur terlihat mengudara di daerah Felda Sahabat pagi tadi.
Pesawat jet tempur itu diduga menuju daerah Kampung Tanduao dan Kampung Tanjung Batu yang dijadikan lokasi persembunyian tentara Kesultanan Sulu.
Hingga saat ini, dilaporkan sebanyak 40 tentara, termasuk delapan polisi Malaysia, tewas akibat krisis sengketa lahan di Sabah itu.
Demikian pernyataan seorang profesor hukum dari Universitas Filipina, Harry Roque, dalam sebuah wawancara dengan stasiun televisi Aljazeera yang disiarkan Rabu, kemarin.
"Tindakan mereka itu adalah pelanggaran terhadap HAM, karena menurut saya, itu sama sekali tidak proporsional dan tidak diperlukan," ungkap Roque seperti dikutip dari laman Aljazeera, 6 Maret 2013.
Akibat pengerahan pesawat jet tempur tersebut, Malaysia harus mematuhi hukum humaniter internasional yang mewajibkan tentara mereka hanya menyerang tentara Kesultanan Sulu, bukan menyerang warga sipil.
Hingga hari ini, tentara keamanan Malaysia terus melakukan operasi militer mereka dengan mengerahkan pesawat jet tempur untuk menangkap tentara Kesultanan Sulu.The Star Online melansir, beberapa pesawat tempur terlihat mengudara di daerah Felda Sahabat pagi tadi.
Pesawat jet tempur itu diduga menuju daerah Kampung Tanduao dan Kampung Tanjung Batu yang dijadikan lokasi persembunyian tentara Kesultanan Sulu.
Hingga saat ini, dilaporkan sebanyak 40 tentara, termasuk delapan polisi Malaysia, tewas akibat krisis sengketa lahan di Sabah itu.
PBB Minta Konflik Sabah Segera Diakhiri
Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Ban Ki-moon, meminta Kesultan Sulu dan Malaysia untuk segera mengakhiri konflik sengketa lahan di Sabah.
Pria yang menjabat sebagai Sekjen PBB sejak 2007 ini mengaku selalu memantau perkembangan konflik yang terjadi di Pulau Borneo itu. Ban juga mendesak kembali diadakan dialog demi mencari solusi damai, sehingga kekerasan bisa diakhiri segera di sana.
Demikian pernyataan Ban yang dikutip laman Gmanetwork, Kamis 7 Maret 2013. Dia juga mengungkapkan kekhawatiran akan imbas dari konflik ini terhadap penduduk sipil, termasuk imigran yang berada di Sabah.
"Saya mendorong semua pihak dapat memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan menghormati norma serta standar hak-hak asasi manusia internasional dalam konflik ini," ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Konflik kekerasan di Sabah pecah pertama kali pada Jumat 1 Maret lalu, setelah tentara keamanan Malaysia bersitegang dengan tentara Kesultanan Sulu selama 17 hari.
Menurut laporan terbaru kantor berita Reuters, sampai saat ini, jumlah korban telah mencapai 40 jiwa sejak peristiwa baku tembak terjadi minggu lalu.
Pria yang menjabat sebagai Sekjen PBB sejak 2007 ini mengaku selalu memantau perkembangan konflik yang terjadi di Pulau Borneo itu. Ban juga mendesak kembali diadakan dialog demi mencari solusi damai, sehingga kekerasan bisa diakhiri segera di sana.
Demikian pernyataan Ban yang dikutip laman Gmanetwork, Kamis 7 Maret 2013. Dia juga mengungkapkan kekhawatiran akan imbas dari konflik ini terhadap penduduk sipil, termasuk imigran yang berada di Sabah.
"Saya mendorong semua pihak dapat memfasilitasi bantuan kemanusiaan dan menghormati norma serta standar hak-hak asasi manusia internasional dalam konflik ini," ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Konflik kekerasan di Sabah pecah pertama kali pada Jumat 1 Maret lalu, setelah tentara keamanan Malaysia bersitegang dengan tentara Kesultanan Sulu selama 17 hari.
Menurut laporan terbaru kantor berita Reuters, sampai saat ini, jumlah korban telah mencapai 40 jiwa sejak peristiwa baku tembak terjadi minggu lalu.
Sumber : VIVAnews
Pembantaian yg pernah di alami oleh suku Moro/Sulu dijaman Marcos pembunuhan beramai2 jabidah tahun 1968 dg terbunuh 299 laskar Islam, sekarang terulang di Sabah dg pembantaian laskar Islam Sulu oleh ATM Malaysia dan ASEAN tdk melihat apa yg terjadi diwilayah Sabah ada pembantaian malah membicarakan penyelesaian yg lain yg belum jelas.
ReplyDelete