Sejumlah pengikut Sultan Sulu Jamalu Kiram berunjuk rasa dalam memprotes aksi serangan militer Malaysia pada sejumlah pengikut Sultan Suli Jamalul Kiram di depan gedung Kedutaan Besar Malaysia di Makati, Manila, Filipina,
Manila (MI) : Ribuan orang Sulu dari berbagai tempat di Filipina, seperti Basilan, Sulu, dan Tawi-Tawi, dikabarkan sudah berangkat menuju Sabah untuk membantu kelompok yang menamakan diri Tentara Kesultanan Sulu yang saat ini sedang menghadapi militer Malaysia.
"Kami tak bisa lagi mencegah rakyat kami yang ingin berangkat ke Sabah membantu Kesultanan Sulu," kata Ketua Komite Dewan Islam MNLF, Habib Hashim Mudjahab, seperti dikuti harian Daily Inquirer, Selasa (5/3/2013).
Mudjahab mengklaim, setidaknya 10.000 orang Sulu sejak Senin (4/3/2013) malam mulai berangkat ke Sabah untuk membantu pasukan Sultan Sulu Jamalul Kiram III, yang kini bertahan di sebuah desa di dekat kota Lahad Datu, Sabah.
"Bala bantuan berlayar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mudah untuk memasuki Sabah," ujar Mudjahab.
"Blokade angkatan laut tak ada gunanya, seharusnya militer Filipina memahami ini. Kami sudah melakukannya sejak zaman Marcos dan kami dengan mudah membaur dengan warga setempat," tambah Mudjahab.
Namun, pejabat Gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanamo, Mujib Hataman, membantah klaim Mudjahab itu.
Hataman mengatakan, setidaknya 70 orang warga Filipina tiba di Sibutu, Tawi-Tawi, dari Sabah karena tak ingin terjebak dalam baku tembak di Sabah.
"Mereka menumpang kapal komersial dan mereka tiba pagi ini," kata Hataman.
Pernyataan serupa disampaikan Komandan Militer Filipina Wilayah Barat, Letnan Jenderal Rey Ardo, mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan terkait ribuan orang Sulu yang berangkat ke Sabah itu.
"Namun, kami tak memungkiri warga yang memiliki kerabat di Malaysia akan bereaksi terkait situasi saat ini," kata Jenderal Ardo.
"Kami tak bisa lagi mencegah rakyat kami yang ingin berangkat ke Sabah membantu Kesultanan Sulu," kata Ketua Komite Dewan Islam MNLF, Habib Hashim Mudjahab, seperti dikuti harian Daily Inquirer, Selasa (5/3/2013).
Mudjahab mengklaim, setidaknya 10.000 orang Sulu sejak Senin (4/3/2013) malam mulai berangkat ke Sabah untuk membantu pasukan Sultan Sulu Jamalul Kiram III, yang kini bertahan di sebuah desa di dekat kota Lahad Datu, Sabah.
"Bala bantuan berlayar dalam kelompok-kelompok kecil sehingga mudah untuk memasuki Sabah," ujar Mudjahab.
"Blokade angkatan laut tak ada gunanya, seharusnya militer Filipina memahami ini. Kami sudah melakukannya sejak zaman Marcos dan kami dengan mudah membaur dengan warga setempat," tambah Mudjahab.
Namun, pejabat Gubernur Wilayah Otonomi Muslim Mindanamo, Mujib Hataman, membantah klaim Mudjahab itu.
Hataman mengatakan, setidaknya 70 orang warga Filipina tiba di Sibutu, Tawi-Tawi, dari Sabah karena tak ingin terjebak dalam baku tembak di Sabah.
"Mereka menumpang kapal komersial dan mereka tiba pagi ini," kata Hataman.
Pernyataan serupa disampaikan Komandan Militer Filipina Wilayah Barat, Letnan Jenderal Rey Ardo, mengatakan, pihaknya belum mendapat laporan terkait ribuan orang Sulu yang berangkat ke Sabah itu.
"Namun, kami tak memungkiri warga yang memiliki kerabat di Malaysia akan bereaksi terkait situasi saat ini," kata Jenderal Ardo.
Pejuang Moro Ikut Bertempur di Sabah
Pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), Nur Misuari (kiri) bersama Sultan Sulu Jamalul Kiram III di Manila, Filipina. Nur Misuari membenarkan sejumlah pejuang MNLF ikut bertempur di Sabah
Pendiri Front Pembebasan Nasional Moro (MNLF), Nur Misuari, Selasa (5/3/2013), memastikan para pejuang dari kelompoknya ada di dalam kelompok bersenjata yang dikirim Sultan Sulu ke Negara Bagian Sabah, Malaysia.
"Saya tak bisa membantah bahwa beberapa dari mereka adalah para pejuang MNLF," kata Nur Misuari dalam sebuah jumpa pers di Manila.
Namun, Misuari menegaskan, dirinya sebagai pendiri MNLF tidak terlibat sama sekali dengan masalah ini.
"Mereka pergi tanpa sepengetahuan saya. Saya tak memerintahkan seorang pun untuk bergabung dengan mereka (Kesultanan Sulu)," kata Misuari saat mengunjungi Jamalul Kiram III yang mengklaim diri sebagai Sultan Sulu.
MNLF pernah berjuang melawan Pemerintah Filipina untuk menuntut sebuah negara merdeka di wilayah selatan Filipina. Saat itu, MNLF juga mengklaim Sabah sebagai tanah leluhur mereka.
Pada 1996, MNLF dan Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian damai yang menciptakan sebuah daerah otonomi Muslim di wilayah selatan dan melepas tuntutan mereka atas Sabah.
Namun, kesepakatan damai yang dilakukan MNLF ini tak disetujui semua pihak. Kelompok yang tak ingin berdamai kemudian membentuk MILF yang meneruskan perang kemerdekaan melawan Filipina.
Saat ini pun MNLF sudah semakin dekat dengan perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina, yang juga tidak menuntut Sabah sebagai wilayah mereka.
Sejumlah kalangan menduga MNLF ikut mendorong "invasi" ke Sabah itu agar tak kehilangan pengaruh politik di kawasan selatan Filipina.
Namun, Misuari dengan tegas membantah keterlibatan MNLF dan bahkan menawarkan diri untuk menjadi penengah masalah ini.
Sementara Presiden Benigno Aquino lewat juru bicaranya Edwin Lacierda mengatakan, Angkatan Laut Filipina mencegat 70 orang yang akan menuju Sabah untuk membantu Tentara Kesultanan Sulu.
"Saya tak bisa membantah bahwa beberapa dari mereka adalah para pejuang MNLF," kata Nur Misuari dalam sebuah jumpa pers di Manila.
Namun, Misuari menegaskan, dirinya sebagai pendiri MNLF tidak terlibat sama sekali dengan masalah ini.
"Mereka pergi tanpa sepengetahuan saya. Saya tak memerintahkan seorang pun untuk bergabung dengan mereka (Kesultanan Sulu)," kata Misuari saat mengunjungi Jamalul Kiram III yang mengklaim diri sebagai Sultan Sulu.
MNLF pernah berjuang melawan Pemerintah Filipina untuk menuntut sebuah negara merdeka di wilayah selatan Filipina. Saat itu, MNLF juga mengklaim Sabah sebagai tanah leluhur mereka.
Pada 1996, MNLF dan Pemerintah Filipina menandatangani perjanjian damai yang menciptakan sebuah daerah otonomi Muslim di wilayah selatan dan melepas tuntutan mereka atas Sabah.
Namun, kesepakatan damai yang dilakukan MNLF ini tak disetujui semua pihak. Kelompok yang tak ingin berdamai kemudian membentuk MILF yang meneruskan perang kemerdekaan melawan Filipina.
Saat ini pun MNLF sudah semakin dekat dengan perjanjian damai dengan Pemerintah Filipina, yang juga tidak menuntut Sabah sebagai wilayah mereka.
Sejumlah kalangan menduga MNLF ikut mendorong "invasi" ke Sabah itu agar tak kehilangan pengaruh politik di kawasan selatan Filipina.
Namun, Misuari dengan tegas membantah keterlibatan MNLF dan bahkan menawarkan diri untuk menjadi penengah masalah ini.
Sementara Presiden Benigno Aquino lewat juru bicaranya Edwin Lacierda mengatakan, Angkatan Laut Filipina mencegat 70 orang yang akan menuju Sabah untuk membantu Tentara Kesultanan Sulu.
SUmber : Kompas
bawalah aku dg kapal cadik kenegri orang, sabah tanah airku/tanah tumpah darahku dan aku akan mempertahankan dr penjarah tanah airku perampas hak hidupku.....bergabunglah suku2 moro utk, mengusir agresor malaysia...dr sabah raya
ReplyDeleteAKU AKAN MENDUKUNG PENUH BANGSA MORO UNTUK MEREBUT SABAH DARI TANGAN MALINGSIA................!
Delete