Informasi yang didapatkan, aksi penembakan terjadi Sabtu malam, tepatnya di kilometer 150 (90 mil) dari distrik di negara bagian timur, Sabah.
Dalam kontak senjata sebulan sebelumnya, dikabarkan sebanyak 14 orang tewas setelah serangan yang dilakukan kerajaan Muslim Filipina yang mengklaim menduduki sebuah desa menjadi wilayah mereka.
“Lima polisi tewas dalam serangan oleh kelompok bersenjata tak dikenal di kota pesisir Semporna. Sementara dua dari penyerang lainnya tewas,” kata Kepala Kepolisian Malaysia Ismail Omar, seperti dilansir dariThehuffingtonpost.
Krisis keamanan Malaysia terjadi dalam beberapa tahun terakhir, setelah sebanyak 200 warga Filipina mendarat di Lahad Datu, 9 Februari lalu.
Berdasarkan dokumen dari abad ke 18, mereka mengklaim jika wilayah tersebut adalah milik mereka. Mereka juga menolak seruan dari pemerintah Malaysia dan Filipina untuk meninggalkan Sabah, setelah berlayar dari Filipina Selatan.
Pemerintah Malaysia sempat bentrok dengan mereka yang menyebabkan 12 orang Filipina dan dua polisi Malaysia tewas, pada hari Jumat.
“Mereka menyerah atau harus menghadapi konsekuensi jika melakukan perlawanan,” kata Perdana Menteri Malaysia Najib Razak, sehari sebelumnya.
Polisi pun menjatuhkan selebaran dengan helikopter ke daerah yang diduduki pemberontak Filipina untuk menyerah. Sementara angkatan laut yang didukung patroli di perairan antara Malaysia dan Filipina telah dipersiapkan.
Sementara di Manila, Pimpinan Pemerintah Filipina Selatan, Sultan Jamalul Kiram III mengatakan kepada wartawan bahwa ia khawatir kekerasan di Sabah mungkin menyebar karena banyak orang Filipina, terutama pengikut kesultanan di Filipina selatan, merasa marah oleh pembunuhan rekan-rekan mereka di Lahad Datu.
Putrinya, Jacel, yang merupakan putri kesultanan, meminta Filipina untuk tetap tenang namun menekankan kesultanan tak akan pernah mundur dari perjuangan untuk merebut kembali Sabah.
“Ini kehormatan keprihatinan atas kehidupan,” katanya kepada wartawan.
“Kami tidak akan mundur begitu saja, karena kami sedang berjuang untuk sesuatu dan perjuangan kita adalah hak kita dan kebenaran.”
Dia mengkritik seruan dari pemerintah Filipina dam Malaysia agar penduduk Filipina di Lahad Datu untuk menyerah tanpa syarat.
Krisis meletus selama proses perdamaian yang ditengahi oleh Malaysia antara Manila dengan Front Pembebasan Islam Moro, kelompok pemberontak utama Muslim di Filipina selatan.
Beberapa Malaysia telah menyuarakan kekhawatiran tentang apakah puluhan ribu migran Filipina yang tinggal di Sabah, pekerja tidak berdokumen banyak, mungkin bersimpati dengan kelompok Filipina dan menyebabkan kerusuhan jika mereka marah dengan reaksi pemerintah terhadap krisis.
Sumber : Solopos
No comments:
Post a Comment