Lebanon (MI) : Rasa nasionalisme dan kebangsaan tidak akan pernah lepas dari prajurit TNI dimanapun berada. Baik yang bertugas di dalam negeri (homebase, satuan dan unit-unit kecil, ataupun yang bertugas di pulau terluar dan yang bertugas di perbatasan antar negara). Demikian halnya dengan prajurit TNI yang bertugas di luar negeri yang tergabung dalam missi PBB. Baik yang di Kongo (Afrika) di Amerika Latin (Haiti) dan kontingen garuda yang tergabung dalam missi penugasan PBB di daerah konflik antara Israel dan Lebanon yang terkenal dengan missi (United Nations Interim Force In Lebanon) UNIFIL. Penanaman rasa kebangsaan dan nasionalisme dilingkungan kontingen garuda yang tergabung dalam missi PBB UNIFIL di Lebanon selatan juga dilaksanakan dilokasi markas besar UNIFIL di Naqoura Lebanon Selatan dengan melakukan kegiatan rutin upacara penaikan bendera setiap bulan pada tanggal 17. Hal ini merupakan sarana yang sangat bermanfaat bagi prajurit TNI yang tergabung dalam missi penugasan ini.
Upacara bendera tanggal 17 dimarkas besar UNIFIL di Naquora diikuti oleh 7 satuan tugas. Ke 7 Satgas tersebut adalah Satgas FHQSU, Satgas FPC, Satgas MCOU, Satgas CIMIC, Satgas Medical level 2, MTF dan Staff Oficcer. Untuk kegiatan upacara kali ini selaku penyelenggaranya adalah satgas Force Protection Company (FPC), yang dipimpin oleh Mayor Inf Yuri Eliyas Mamahi. Upacara kali ini diikuti oleh sekitar 350 prajurit TNI. Bertindak sebagai Inspektur Upacara, Komandan Satgas Force Head Quarter Support Unit (FHQSU) sekaligus sebagai Komandan Kontingen Garuda Kolonel Inf Karmin Suharna S.Ip,MA. Dengan Komandan Upacara Kapten Psk Agus M.A.H.A. dan Perwira Upacara Lettu Mar Deni K.
Dalam amanat tertulis Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, S.E. yang dibacakan oleh Irup mengatakan, Dewasa ini, beberapa negara maju telah mengarahkan perhatian secara khusus kepada tren baru ancaman, yang populer disebut sebagai perang hibrida (hybrid war), yaitu sebuahstrategi militer yang memadukan antara perang konvensional, perang yang tidak teratur dan ancaman cyber warfare, baik berupa serangan nuklir, senjata biologi dan kimia, alat peledak improvisasi dan perang informasi.
Lebih lanjut disampaikan, menghadapi kemungkinan ancaman perang hibrida tersebut, TNI harus mampu merespon dan segera beradaptasi dengan situasi yang berkembang agar dapat mengantisipasi serta mengatasinya secara lebih cepat dan tepat. Sebagai contohnya, pengadaan pesawat tempur sergap super tucano yang sejalan dengan pengadaan pesawat counter insurgency (coin) TNI AU, guna mengantisipasi kemungkinan berkembangnya aksi insurjensi dan/atau aksi terorisme, demikian pula pembelian dan pengadaan alutsista matra darat dan laut yang dimaksudkan pula untuk menghadapi ancaman perang hibrida tersebut.
Dalam rangka optimalisasi peran dan tugas TNI di Tahun 2013, saya berharap kepada seluruh pimpinan satuan di jajaran TNI untuk terus mendesiminasikan dan mensosialisasikan "Lima belas butir kebijakan Panglima TNI", yang telah ditetapkan pada Rapim TNI 2013, dan menjabarkannya dalam program kerja satuan pada tataran praksis, sesuai kondisi dan karakter daerah masing-masing.
Sementara itu, situasi keamanan dalam negeri pun terus terjaga dengan baik, yang indikasinya dapat kita lihat dari meningkatnya upaya pencegahan dan penanggulangan terhadap terjadinya aksi terorisme, maupun terhadap munculnya gangguan kamtibmas lain di tanah air, meskipun masih tetap bersifat potensial. Di samping itu, ditinjau dari aspek pertahanan negara, kemampuan dan profesionalitas TNI juga semakin meningkat. Pembangunan TNI yang dilaksanakan sesuai konsep minimum essential force (mef) ditujukan untuk mengembangkan TNI yang tidak saja terlatih, namun juga memiliki tingkat kesiapan yang memadai dalam penugasan, didukung dengan upaya modernisasi kekuatan dan alat utama sistem persenjataan.
Sumber : PKC-Indonesia
No comments:
Post a Comment