Surabaya (MI) : Setelah melakukan latihan perang-perangan sejak 15 April lalu, hampir 40 hari, kini Latihan Gabungan TNI Tingkat Divisi 2013 resmi ditutup. Penutupan dilakukan oleh Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono dengan upacara militer, di Dermaga Koarmatim, Ujung Surabaya, Jawa Timur, pada 24 Mei. Penutupan ditandai dengan penanggalan tanda peserta secara simbolis yang dilakukan oleh Panglima TNI terhadap empat prajurit perwakilan peserta Latgab TNI
Latihan perang tingkat Divisi ini merupakan latihan besar-besaran. Latihan digelar di beberapa daerah, seperti Latihan Posko (15-19 April 2013) di Mako Divisi 1 Kostrad, Cilodong, Jawa Barat, Latihan Umum atau Latihan Pendahuluan di Pusat Latihan Pertempuran (Puslatpur) Marinir, Baluran, Karang Tekok, Situbondo, Jawa Timur, selama dua hari (2-3 Mei 2013), yang dihadiri oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono, Wakil Presiden RI Boediono, Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono, Menteri Pertahanan RI Purnomo Yusgiantoro, dan sejumlah pejabat tinggi negara dan pejabat tinggi TNI lainnya.
Menurut Dansatgaspen Latgab TNI Kolonel Adm Bejo Suprapto,untuk Latihan Lapangan telah digelar di Tarakan, Pantai Sekerat, Sangatta, Pulau Senupak, Pulau Senkuang, di Kaubun dan Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB). “Selain latihan perang darat dan perang udara, TNI telah pula melancarkan latihan perang laut, di laut Jawa dan Sulawesi,” kata Bejo. Materi latihan yang telah dikembangkan adalah proses dan mekanisme pengambilan keputusan militer, proses dan mekanisme pengecekan, gelar kesiapan dan latihan pendahuluan serta komando pengendalian Kampanye Militer dan Operasi Militer Gabungan TNI.
Dalam Latgab ini prajurit TNI yang terlibat berjumlah 16.745 prajurit, dengan mengerahkan peralatan tempur seperti 14 Unit Tank Scorpio, 5 Unit Tank Stormer Apc, dua Unit Tank Stormer Co, 13 Unit Tank Amx, 21 Pucuk Meriam (Mer), 12 Hely Mi 17, 12 Hely Bell, dan tiga Bolco dari TNI Angkatan Darat. Sedangkan dari TNI Angkatan Laut mengerahkan 36 KRI, 17 unit BMP-3F, 33 BTR-50, enam Kapa K-61, dua unit RM-70/Grad, tujuh Unit LVT-7A1, dua unit BVP-2, tiga CASA, lima Hely. Sementara dari TNI Angkatan Udara mengerahkan lima Pesawat SU 27/30, lima Pesawat Hawk SPO, lima Unit F-16, lima Unit Hawk PBR, 11 Pesawat C-130 Hs/H/B, satu Pesawat C-130 BT, dua Pesawat B-737 Intai, dua Pesawat C-212 Cassa, dua Unit Cn-235, satu Unit Cn-235 MPA, dua Helly Nas-332/Sa-330, empat Helly Ec-120 Colibri.
Para peserta latihan berasal dari Kostrad, Koarmatim, Koarmabar, Kohanudnas, Koopsau I, Koopsau II, Kolinlamil, Korps Marinir, Kopassus, Kodam Jaya, Kodam VI/MLW, Kodam IX/UDY, Korps Paskhas, Bais TNI, Satkomlek TNI, Penerbad, Puspen TNI, Babinkum TNI, dan Puskes TNI. Sementara itu untuk tim evaluasi dari Mabes TNI.
Kasum TNI Marsdya TNI Boy Syahril Qamar dipercaya sebagai Direktur Latihan Gabungan TNI, dan sebagai Wakil Direktur Latihan adalah Dankodiklat TNI Mayjen TNI Chaidir Serunting Sakti.”Seluruh rangkaian kegiatan Latgab TNI 2013 telah berlangsung sesuai dengan rencana, dan tidak ada prajurit yang terluka, maupun material tempur yang rusak atau hilang,” ungkapnya.
Secara umum tujuan latihan dapat tercapai dengan baik, yakni pertama, terlaksananya proses pengambilan keputusan militer untuk perumusan rencana kampanye militer dan rencana operasi gabungan sesuai dengan prosedur dan mekanisme yang berlaku. Kedua, terlaksananya latihan umum di Asem Bagus, Jawa Timur, secara aman dan lancar. Ketiga, terwujudnya kerja sama antar matra dan keterpaduan satuan TNI yang tergabung dalam Kogab TNI pada pelaksanaan rangkaian operasi gabungan. Keempat, tercapainya uji doktrin dan teraplikasikanya doktrin kampanye militer, doktrin operasi gabungan dan doktrin masing-masing angkatan.
“Kebutuhan paling hakiki dari sebuah negara adalah eksistensi, yang harus diperjuangkan dan dipertahankan sehingga menjadi pijakan bagi suatu bangsa dalam memperjuangkan kepentingan nasionalnya,” ujar Panglima TNI Laksaman TNI Agus Suhartono.Dalam konteks kepentingan mempertahankan eksistensi itulah, maka Latihan Gabungan TNI tahun 2013 telah dilaksanakan selama lebih kurang 40 hari.
Keamanan negara pada dasarnya dipandang sebagai keadaan di mana rakyat Indonesia secara penuh harus dilindungi pada setiap aspek kehidupan, termasuk ekonomi dan pemanfaatan sumber daya nasional dalam rangka menciptakan kesejahteraan bangsa. Dalam kaitan tersebut, usaha pertahanan negara harus pula diarahkan untuk menciptakan situasi aman dan kondusif bagi keberlangsungan pembangunan nasional itu sendiri.
Persoalan pertahanan keamanan bukanlah konsep yang mutually exclusive, yang dapat dipisahkan secara hitam-putih, namun merupakan kesatuan usaha dari segenap komponen bangsa untuk membangun kekuatan TNI, kekuatan pertahanan, dan ketahanan nasional, dihadapkan kepada tantangan dan ancaman yang bergulir seiring perkembangan lingkungan strategis, kata Panglima TNI.
Gelar kekuatan dan kemampuan TNI yang telah kita latihkan ini merupakan salah satu national power, yang ditujukan guna menjamin keberlangsungan hidup bangsa Indonesia di tengah persaingan global yang ketat dan kompetitif. Secara ekstrim dapat dikatakan, tanpa national power adalah hampir mustahil bagi sebuah negara dapat mewujudkan kepentingan nasionalnya. Terlebih, dalam konteks hubungan internasional, national power menjadi suatu hal yang kemudian sifatnya sangat esensial, karena national power tidak dapat dipisahkan dengan kepentingan nasional, dan selamanya akan menjadi modal pokok bagi negara agar dapat menjadi pemeran utama di dalam hubungan internasional, khususnya dalam penerapan soft power diplomacy.
Sumber : Kompasiana
No comments:
Post a Comment