JKGR (MI) : Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan) memperkirakan ada 70 ribu ton cadangan Uranium dan 117 ribu ton Thorium yang tersebar di sejumlah lokasi di Indonesia, yang bermanfaat sebagai energi alternatif di masa depan.
“Uranium ada yang dengan kategori terukur, tereka, teridentifikasi dan kategori hipotesis, sedangkan Thorium baru kategori hipotesis belum sampai terukur,” ujar Direktur Pusat Pengembangan Geologi Nuklir Batan Agus Sumaryanto, di peluncuran Peta Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan, Senin (20/5/2013).
Sebagian besar cadangan Uranium berada di Kalimantan Barat, sebagian lagi ada di Papua, Bangka Belitung dan Sulawesi Barat, sedangkan Thorium kebanyakan di Babel dan sebagian di Kalbar.
Kajian terakhir dilakukan di Mamuju, Sulawesi Barat, dimana deteksi pendahuluan menyebut kadar Uranium di lokasi tersebut berkisar antara 100-1.500 ppm (part per milion) dan Thorium antara 400-1.800 ppm.
“Kecamatan Singkep, Kabupaten Mamuju juga menjadi kawasan yang laju dosis radiasi gammanya tercepat di Indonesia dibanding rata-rata nilai laju dosis radiasi Gamma di Indonesia yang 46 nSv per jam,” ujar Direktur Pusat Teknologi Keselamatan dan Metrologi Radiasi Batan, Susilo Widodo.
Batan telah menyusun Peta Radiasi dan Radioaktivitas Lingkungan, antara lain untuk mengkaji efek kesehatan bagi masyarakat yang tinggal di daerah radiasi tinggi serta indikasi bahan tambang seperti Uranium, Thorium dan mineral sejenisnya.
Peta tingkat radiasi dan radioaktivitas lingkungan di Indonesia, ada lima, yakni peta laju dosis radiasi gamma lingkungan, peta tingkat konsentrasi radionuklida alam Thorium-228, Thorium-232, Radon-226, dan Kalium-40 dalam sampel permukaan.
Uranium Mamuju
Uranium dari tambang di Kabupaten Mamuju, Sulawesi Barat menjadi incaran beberapa negara lain. Pakar ekonomi Universitas Hasanuddin, Makassar, Sulawesi Selatan, Syarkawi Rauf mengatakan, uranium tersebut mempunyai potensi terbaik di Indonesia. Sehingga, pemerintah harus memanfaatkan dengan hati-hati.
“Harus dikelola untuk kemakmuran rakyat, bukan menguntungkan pihak luar,” ujar Syarkawi Rauf di Makassar.
Menurutnya, pemanfaatan uranium bukan hanya untuk menghasilkan tenaga nuklir bagi kepentingan pertahanan, tapi juga untuk kebaikan ekonomi. “Misalnya, sebagai PLTN dalam mendukung ketersediaan listrik di sini,” katanya.
Kandungan uranium di Sulawesi Barat telah diketahui banyak negara besar, termasuk Amerika Serikat, Rusia, Cina, dan banyak negara besar lainnya. Oleh sebab itu pemerintah tidak boleh gegabah jika memiliki rencana mengelola sumber energi tersebut.
Kalau untuk kepentingan ekonomi domestik dan memenuhi kebutuhan ketersediaan pasokan listrik, kata Syarkawi, maka reaktor nuklir untuk pembangkit listrik bisa didirikan di Sulawesi Barat.
“Kalau kita bisa memanfaatkan uranium sebagai sumber energi listrik, daerah ini akan maju dan tidak akan pernah kekurangan listrik. Hanya saja kita belum punya teknologi untuk memanfaatkan uranium,” katanya.
Sikap Iran untuk tidak menyerahkan pengelolaan uraniumnya kepada negara asing, patut dijadikan contoh sehingga Pemerintah RI harus berhati-hati.
Dubes AS ke Mamuju
Tak lama setelah ekspose adanya kandungan uranium yang besar di Mamuju, Duta Besar Amerika Serikat untuk Indonesia Scot Marciel akhirnya berkunjung ke Mamuju, Sulawei Barat.
“Lawatan Dubes AS bersama rombongannya bukan membahas terkait adanya potensi tambang uranium yang terletak di daerah Takandeang, Kecamatan Tappalang, Mamuju. Tetapi, kedatangan untuk program `Green Prosperity Project` atau proyek kemakmuran hijau yang akan dibiayai AS,” ujar Sekretaris Provinsi Sulawesi Barat Ismail Zainuddin.
Menurutnya, rombongan Dubes AS berada di Mamuju selama dua hari hanya membahas terkait program penghijauan lingkungan, energi terbarukan dan program kerjasama pendidikan.
Dia menyampaikan, total dana investasi pemerintah AS yang akan digulirkan mencapai US$600 juta atau sekitar Rp 5,7 triliun dan akan berlangsung selama lima tahun.
Tahun ini ada dua kabupaten di Sulawesi Barat yang akan mendapatkan bantuan yakni Mamuju dan Mamasa. Jika pelaksanaan dapat mencapai sesuai target maka tiga kabupaten lain di Sulawesi Barat akan mendapatkan peluang yang sama.
Ada beberapa jenis sasaran program yang akan dilaksanakan yakni “Green Prosperity Project” sebesar US$332,5 juta, community based health and nutrition to reduce stunting project atau proyek kesehatan dan gizi senilai US$131,5 juta, dan proyek modernisasi pengadaan US$50 juta, serta kegiatan gender senilai US$5 juta.
Hebat. Tiba tiba saja Amerika Serikat baik sekali ke warga Mamuju dan Sulbar.
Kedatangan utusan Pemerintah AS ke Sulbar, harus benar-benar dimanfaatkan untuk membangun kerja sama yang saling menguntungkan.
“Mereka boleh bawa bantuan masuk, tapi tidak berarti boleh mengambil apa saja yang mereka mau. Kalau memang ada kerja sama maka harus saling menguntungkan. Amerika bisa masuk dalam bantuan teknologi dan dana. Kerja samanya harus berbentuk mutual partnership,” ujar pakar ekonomi Universitas Hasanuddin, Syarkawi Rauf di Makassar, Sulawesi Selatan.
Sumber : JKGR
Hati-hati dengan kebijakan amerika dan bantuan2nya karena ada pepatah orang bijak " THERE IS NOT FREE LUNCH IN THE WORLD, namun pemerintah harus menetapkan kerja sama yg berimbang dan sederajat
ReplyDelete