Medan (MI) : Kasus penenggelaman kapal asing oleh Indonesia
agaknya mulai menjadi persoalan bagi nelayan tetangga. Di Sumatera Utara
(Sumut) kapal nelayan asal Tanjung Balai diserang kapal nelayan asal
Malaysia.
Kejadian ini dialami para awak kapal nelayan milik Riswati. Dalam keterangan kepada wartawan, Jumat (12/12/2014), Riswati menyatakan pihaknya khawatir terjadinya insiden serupa, dan para Anak Buah Kapal (ABK) kapalnya trauma atas penyerangan itu.
"Mereka masih trauma sekarang, belum ke laut lagi. Kejadiannya sudah kita laporkan ke Angkatan Laut maupun Dinas Perikanan," kata Riswati kepada wartawan di Tanjung Balai, Jumat sore.
Disebutkan Riswati penyerangan itu terjadi pada Minggu (7/12) lalu. Waktu itu kapalnya yang membawa 13 ABK dan nakhoda itu tengah menjaring ikan di kawasan Selat Malaka yang masih di wilayah laut Indonesia. Sekitar 18.00 WIB, tiba-tiba datang enam kapal nelayan asal Malaysia yang langsung mengejar ke arah kapalnya dan nyaris terjadi tabrakan.
Saat mendekat itu, awak kapal Malaysia kemudian melemparkan benda-benda tajam dan benda lainnya. Akibatnya satu orang ABK mengalami luka di tangan.
"Kita langsung menyelamatkan diri, jaring yang sedang di laut dipotong supaya kapal bisa kencang. Kalau tidak begitu mungkin tidak selamat," kata Riswati.
Saat kejadian, kru kapal Riswati baru dua hari melaut dan langsung kembali ke Tanjung Balai, padahal biasanya sekali melaut bisa mencapai enam malam. Karena jaring sudah tidak ada, maka mereka pun pulang.
Akibat kejadian ini, Riswati mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta. Namun yang paling meresahkan, kata dia, masalah keamanan bagi nelayan yang melaut di sekitar Selat Malaka. Jika situasi tidak membaik, kejadian serupa bisa terjadi.
Diduga kejadian ini dilatari tindakan tegas pemerintah Indonesia yang akan menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan. Maka nelayan tetangga yang sering mencuri ikan di wilayah Indonesia mencoba membalas dendam.
Kejadian ini dialami para awak kapal nelayan milik Riswati. Dalam keterangan kepada wartawan, Jumat (12/12/2014), Riswati menyatakan pihaknya khawatir terjadinya insiden serupa, dan para Anak Buah Kapal (ABK) kapalnya trauma atas penyerangan itu.
"Mereka masih trauma sekarang, belum ke laut lagi. Kejadiannya sudah kita laporkan ke Angkatan Laut maupun Dinas Perikanan," kata Riswati kepada wartawan di Tanjung Balai, Jumat sore.
Disebutkan Riswati penyerangan itu terjadi pada Minggu (7/12) lalu. Waktu itu kapalnya yang membawa 13 ABK dan nakhoda itu tengah menjaring ikan di kawasan Selat Malaka yang masih di wilayah laut Indonesia. Sekitar 18.00 WIB, tiba-tiba datang enam kapal nelayan asal Malaysia yang langsung mengejar ke arah kapalnya dan nyaris terjadi tabrakan.
Saat mendekat itu, awak kapal Malaysia kemudian melemparkan benda-benda tajam dan benda lainnya. Akibatnya satu orang ABK mengalami luka di tangan.
"Kita langsung menyelamatkan diri, jaring yang sedang di laut dipotong supaya kapal bisa kencang. Kalau tidak begitu mungkin tidak selamat," kata Riswati.
Saat kejadian, kru kapal Riswati baru dua hari melaut dan langsung kembali ke Tanjung Balai, padahal biasanya sekali melaut bisa mencapai enam malam. Karena jaring sudah tidak ada, maka mereka pun pulang.
Akibat kejadian ini, Riswati mengalami kerugian sekitar Rp 200 juta. Namun yang paling meresahkan, kata dia, masalah keamanan bagi nelayan yang melaut di sekitar Selat Malaka. Jika situasi tidak membaik, kejadian serupa bisa terjadi.
Diduga kejadian ini dilatari tindakan tegas pemerintah Indonesia yang akan menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan. Maka nelayan tetangga yang sering mencuri ikan di wilayah Indonesia mencoba membalas dendam.
Sumber : Detik
tolol.kenapa gk melawan. bunuh orang2 malaysia itu.lain kali bwa parang ma bom ikan. penggal kepalanya malingsia.
ReplyDelete