Kompasiana (MI) : Belakangan ramai diberitakan tentang tensi ketegangan antara pemerintah
RI dengan pemerintah Australia (yang kini dipegang oleh partai liberal
yang konservatif), mungkin tak lupa juga ingatan bangsa ini dengan tensi
ketegangan dengan Singapura tentang barter perjanjian ekstradisi dengan
wilayah latihan militer di sebagian wilayah RI di Utara, juga dengan
Malaysia yang sangat sering terjadi hingga belum jelas ujung solusinya
apalagi masalah TKI dan wilayah perbatasan.
Dengan politik luar negeri Indonesia yang bebas aktif dan selalu
konsisten menolak pendirian pangkalan militer asing negara non-ASEAN di
ASEAN serta pakta pertahanan, menjadikan RI salah satu negara yang tidak
bisa diintervensi asing termasuk dalam hal pertahanan dan keamanan,
berbeda konteks dengan namanya pemberian hibah, latihan gabungan militer
internasional, dsb.
Melihat dari segi geografisnya, Indonesia diapit oleh dua benua dan dua
samudera secara menyilang, menjadikan negara ini salah satu jalur
pelayaran yang paling efektif dalam segi jarak tempuh dan paling efisien
dalam waktu tempuh dengan 3 ALKI-nya (Alur Laut Kepulauan Indonesia/archipelago sea lanes passage).
Begitupun secara geopolitik internasional, dimana Indonesia dikelilingi
negara-negara persemakmuran Inggris (commonwealth) yang beberapa
diantaranya negara anglo saxon (Australia). Yang juga terdapat aliansi Five
Power Defence Arrangements (FPDA) yang mengelilingi Indonesia yaitu
Malaysia, Singapura, Selandia Baru, Australia, dan Inggris.
Siapa yang Mengancam? Siapa yang Diancam?
Sudah sifat manusia memiliki rasa khawatir terhadap ancaman apalagi
manusia-manusia membentuk sebuah kelompok (bangsa), bangsa membentuk
sebuah negara. Adalah Australia kini yang dipimpin oleh partai liberal
berhaluan konservatif yang terlalu berlebih menanggapi manuver politik
dan militer Indonesia hingga mengakibatkan meningkatnya ketegangan
antara Jakarta-Canberra.
Masih belum hilang ingatan kita tentang bagaimana kelakuan Singapura
terhadap Indonesia, dimana media yang memberitakan tentang reklamasi
daratan Singapura yang lebih ke selatan atau yang sedang hangat kemarin
adalah isu penyadapan. Bahwa jelas Singapura merupakan partner sejati AS
di Asia Tenggara, satu-satunya bahkan melebihi Australia, cukup aneh.
Secara teknis, kabel fiber bawah laut dari dan ke asia tenggara maupun
Australia lebih banyak melewati Singapura, menjadikannya lebih mudah
disadap oleh otoritas berwenang di Singapura.
Entah ada apa, mengapa isu penyadapan hanya booming pada
Australia, sedangkan Singapura maupun AS, lesu-lesu saja. Malaysia,
negara serumpun yang memiliki berbagai masalah dengan Indonesia. Mulai
dari masalah TKI, perbatasan darat dan laut di Kalimantan bahkan tak
segan sering masuk teritori laut Indonesia, masalah klaim-mengklaim,
dsb.
Bila masalahnya “merasa terancam”, sudah barang tentu negara yang paling
sangat khawatir adalah Australia dan Singapura. Coba liat intensitas
penyadapan juga kegiatan intelijennya, siapa yang paling sering? Meski
kegiatan intel sangat rapi, tertutup, rahasia. Melihat sejarahnya,
Singapura (yang waktu itu juga masuk negara Malaysia) telah disusupi
dengan operasi DWIKORA, atau pesawat pembom dan kapal selam yang
terakhir melakukan infiltrasi serta kegiatan lainnya yang berhasil
menembus teritori Australia tanpa diketahui, dan yang terakhir yang
membuat Indonesia bangga adalah aspek latihan gabungan di Pitch
Black/2012 dimana semua tercengang karena Sukhoi Indonesia unggul hampir
disegala aspek melebihi kemampuan F-18 Hornet Australia (pada latihan
sebelumnya, tidak menggunakan pesawat sukhoi, melainkan F-5, dimana
hampir disegala aspek Indonesia mampu memumpuni kemampuan dari F-18
Australia sendiri).
Singapura dengan alutsistanya (alat utama sistem persenjataan) yang
secara kuantitas dan kualitas lebih tinggi di kawasan alias berlebih
untuk seukuran negaranya. Australia yang mengubah kebijakan
pertahanannya setelah mengetahui kepemilikan sukhoi oleh Indonesia juga
kemampuan pengempangan roket oleh LAPAN serta ToT rudal oleh China.
Apa yang Membuat Indonesia Spesial?
Singapura dan Australia dengan industri pertahanan dalam negerinya mampu
membuat logistik bagi urusan pertahanannya sendiri. Begitupun dengan
Indonesia, hanya saja Indonesia memulai kreasinya dengan susah payah
ketimbang kemudahan yang didapat negara commonwealth, kita harus buka
mata.
Pembuktian prajurit TNI di medan perang seperti keterlibatan pada
pasukan perdamaian PBB di seluruh dunia (begitupun POLRI) beserta
persenjataannya yang sebagian besar merupakan buatan dalam negeri.
Adalah kemampuan produksi senapan SS Pindad (SS-1, SS-2, SS-3) dan
Panser Anoa yang membuktikan performanya di Lebanon (seperti diketahui
panser 4X4 tidak cocok untuk medan berat di Lebanon dibanding 6X6).
Pembangunan kapal-kapal tipe tempur dan angkut logistik di beberapa
galangan kapal nasional dan peningkatan produksi pesawat atau heli
pertahun di PTDI serta riset-riset teknologi pertahanan (termasuk
senjata, roket, dsb) oleh beberapa instansi terkait, dibarengi
peningkatan anggaran pertahanan, menjadikan dunia internasional membuka
mata terhadap Indonesia, sama halnya dengan kekuatan baru China dan
India.
Adanya geopolitik internasional yang mengkhawatirnya politik dua kaki
Indonesia yang tidak terlalu memihak negara barat maupun China,
menjadikan arahan Indonesia sulit ditebak untuk kedepannya. Indonesia
lebih spesial daripada Australia.
Anti-Klimaks Dengan Australia?
Tak ada yang tahu apa yang terjadi selanjutnya. Tapi menanggapi
tudingan-tudingan media dan masyarakat serta unsur pemerintahan dari
Australia yang menyatakan tensi ketegangan ini akibat akan diadakannya
pemilu sehingga para pejabat Indonesia mencari muka, mungkin itu cukup
kurang tepat dan alasan ngeles yang paling tidak masuk akal.
Coba kita simak media asing sewaktu Indonesia bertegangan dengan
Malaysia, siapa yang selalu diberitakan menerobos wilayah kedaulatan
suatu negara? Coba simak siapa yang menampung para pengungsi yang menuju
Australia? Lalu apa yang dilakukan Australia terhadap Indonesia?
Satu hal yang pasti pernah ditekankan oleh Menteri Luar Negeri RI,
Indonesia selalu menghormati negara lain dan tidak pernah melakukan
hal-hal yang dilakukan oleh negara tetangga terhadap tetangganya sendiri
(hal negatif seperti pelanggaran wilayah).
Rasa aman hanya sementara dan hanya bisa bila semua negara bisa tunduk
dalam satu ‘pandangan’, berbeda dengan Indonesia yang netral, bebas
aktif, kemerdekaannya tidak diberi melainkan memakai pertumpahan darah.
Terkadang seirama terkadang tidak dengan ‘mereka’. Meski begitu, tidak
ada jaminan bahwa dimasa depan tidak ada perang. Yang jelas negara ini
tidak boleh berperang. Mengutip pepatah, menang menjadi abu kalah
menjadi arang. Apa manfaat dari perang selain memuaskan nafsu
pertumpahan darah demi ego!
Sumber : Kompasiana
Indonesia hrs mandiri baik dalam alutsista, krn negara lain tdk memikirkan akan toleransi dr TNI dan itulah harga mati utk harga diri suatu bangsa Indonesia yg telah ditegakkan oleh pendahulu2 kita. Yg penuh dg penghancuran NKRI, dr negara2 luar dan sejarah telah membuktikan......................................
ReplyDeleteKALAU TAK INGIN PERANG HARUS KUATKAN MILITER KITA, PERSIAPKAN PERANG DI WAKTU DAMAI. TIDAK SELAMANYA PERTEMANAN DENGAN NEGARA LAIN AKAN TERJAGA
ReplyDeleteKALAU NDAK INGIN PERANG HARUS SIAP PERANG, SIAP PERANG ALUTSISTA HARUS KUAT..........!!!!
ReplyDeleteWajib diBACA BUNG!!!!!!!!!
ReplyDelete13 UNIT PASUKAN ELIT INDONESIA
http://duniamiliterterkini.blogspot.com/2014/05/7-pasukan-khusus-yang-dimiliki-indonesia.html
BANGKITNYA MILITER INDONESIA
http://duniamiliterterkini.blogspot.com/2014/05/tni-au-akan-borong-rafale-eurofighter.html
I love you Indonesia 😘
ReplyDeleteTunjukan pada dunia indonesia tak akan gentar dengan gertakan
ReplyDeleteTeman adalah musuh yang belum menyerang, perkuat kekuatan kita, agar kita tak diremehkan negara lain
ReplyDeleteTeman adalah musuh yang belum menyerang, perkuat kekuatan kita, agar kita tak diremehkan negara lain
ReplyDeleteIndonesia merdeka bukan di bawah sinar bulan purnama tetapi oleh palu godam dan api peperangàn
ReplyDeletesudah jelas indonesia pasti menang! lowong indonesia menerobos suatu negara tanpa terdeteksi musuh.
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDelete